Ia mengamuk. Ia hancurkan semua benda yang ada di kamarnya. Ia menangis, menangis sejadi-jadinya. Aku mengatahui hal itu, namun aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya bisa menyaksikan dari balik pintu kamarnya. Ia masih menangis. Namun, ia menyadari bahwa kamarnya bersebelahan dengan kamar ayah dan ibunya. Ia tak ingin menggangu tidur orangtuanya. Ia tak mau keduanya tahu. Aku berdiri—mematung—dari satu jam yang lalu, tak dapat berkutik dan tak tahu ingin memulai dari mana. Aku tak ingin mengganggu tangisnya. Ya, tepat. Aku biarkan saja dia menangis, menangis untuk menikmati kesedihan itu.
KEMBALI KE ARTIKEL