Perang politik yang berbentuk perang kata-kata diantara dua kutub menghiasi jagat dunia maya. Corong utama PKS adalah PKS piyungan dan media pendukung Prabowo. Tokoh yang dianggap mastermind dikubu PKS adalah Jonru. Dikalangan Jokowilovers, ada istilah dikenal dijonrukan, kata peyoratif untuk padanan kata difitnah. Sementara pada kubu Jokowi dapat dukungan dari media nasional yang sudah mapan. Salah satunya adalah Kompas. Meski tidak sevulgar Metrotv dukungannya, tetapi Kompas mempunyai kekuatan yang dasyat yang tidak dimiliki Metrotv. Kekuatan yang dimaksud adalah kompasiana. Pada pilpres lalu hingga sekarang, Kompasiana telah menjadi tempat berkembang biak penulis-penulis Jokowilovers. Ada juga penulis-penulis pendukung Prabowo di Kompasiana karena kompasiana pada dasarnya sebagai blog keroyokan yang memfasilitasi para penulis dari dua kutub. Akan tetapi dominasi penulis Jokowilovers sulit terbantahkan.
Namun demikian, teori permusuhan antara Jokowi vs PKS tampaknya mulai mencair dalam dua bulan terakhir. Puncaknya Jokowi dan PKS bau-membaui saling memberi dukungan pencalonan BG. Terbukti seorang Abubakar Habsy yang dulunya keras menentang Jokowi, kini lunak menerima permintaan Jokowi meloloskan BG sebagai Kapolri. Uniknya dia mau jadi tameng Jokowi melawan KPK. Dia dan PKS beserta partai lainnya yang akhirnya ikut meloloskan BG pada uji kelayakan dan kepatutan Kapolri.
Jokowilovers bingung melihat situasi yang menimpa hubungan mesra antara Jokowi vs PKS. Bingungnya Jokowilovers bersemayam dalam dua waham. Disatu sisi, kecintaannya yang melekat bagai tahi coklat ke Jokowi, dan pada sisi lainnya, waham kebenciannya ke PKS sudah demikian menggurita, akhirnya mereka jadi MTB (Manusia Tanpa Bentuk) yang kerjaanya bikin skenario untuk aneka drama dagelan versi mereka masing-masing.
Saya sendiri tidak aneh melihat hubungan mesra antara Jokowi vs PKS, karena punya alasan yang mendukung kenapa kedua kubu dapat berjalan mesra, diantaranya;
1. Dalam politik yang berlaku kepentingan abadi. Pada kasus BG, baik Jokowi vs PKS sama-sama memiliki kepentingan.
2. Kepentingan yang dimaksud sama-sama ingin menjadikan KPK musuh bersama. Jokowi masih tersandera oleh penyalahgunaan wewenang jabatan, baik yang di Solo maupun Jakarta yang sampai saat ini belum tersentuh KPK. Sementara PKS sudah jelas dendam kesumat pada KPK. KPK lah yang membongkar aibnya PKS karena kasus korupsi yang melibatkan ketua umumnya.
3. Berangkat dar kepentingan yang sama, maka ditempuhlah jalur kompromi perihal upaya meloloskan BG jadi Kapolri.
4. Diluar dari kepentingan itu sendiri, Jokowi ingin menguji sejauh mana kesetiaan Jokowilovers loyal pada dirinya terkait dengan BG. Ternyata sebagian besar banyak yang kecewa, termasuk yang di Kompasiana ini. Pura-pura saja masih mendukung. Kalau saja tiba-tiba menentang, tentu mereka malu akan dibully oleh teman se-gengnya.
5. Satu lagi yang mustahil untuk dikesampingkan Jokowi bermain ganda, artinya adanya kerjasama antara Jokowi dengan KPK, atau Jokowi dengan DPR untuk menciptakan sensasi, sekaligus mengalihkan isu Air Asia dan Penembakan Charlie Hebdo. Kita sudah paham Jokowi kerap menciptakan sensasi
Analisa penulis bisa benar, bisa juga benar tergantung pada hatinya masin-masing. Hati itu mau digantung ke Jokowi, KPK, atau DPR. Silahkan terjemahkan masing-masing. Mangga.