Ternyata pas megang pantat, dopet gwe nggak ada di saku celana, gwe udah mulai panik. Tas langsung gwe obok-obok, dari sleting depan sampai sleting celana gwe bukain semua, ternyata memang nggak ada tuh dompet. Sial si Polisi itu udah ngambil kunci motor gwe ajah, akhirnya gwe disuruh minggir ke deket motor Gedenya dia yang terparkir dipinggir jalan, dan ada tulisannya PM.
Setelah beberapa lama polisi itu mengatur lalu lintas gwe dipanggil untuk nemuin dia di sebuah warung kopi, sebuah lorong sempit yang dimanfaatin jadi warung. Ada beberapa orang yang sedang menikmati kopi. Duh enak banget pagi-pagi udah ngopi, gwe malah di tilang sama Polisi.
Gwe duduk di samping polisi itu, kemudian dia bertanya dengan santai sama gwe.
Polisi : "Jadi ini nggak bawa surat-surat"
Gwe : "Iyah pak, ketinggalan semua dirumah"
Polisi : "Kamu bawa motor gak bawa surat-surat, mana ada KTP nggak" tanya polisi itu sedikit meninggi dengan muka tanpa senyum, mungkin urat senyumnya udah putus.
Gwe : "Lah kan udah saya bilang pak, itu semua da di dompet, dan dompetku ketinggalan dirumah" Jawabku dengan sedikit gagap ketakutan. Di hati gwe anjrit gwe ubek-ubek tas emang nggak ada itu dompet, mungkin ketinggalan di celana gwe. Karena sebelum berangkat gwe ganti celana jeans dulu.
Polisi : "Memang kamu dari mana" tanya pak polisi mengalihkan pertanyaan soal pelanggaran yang gwe lakuin.
Gwe : "Habis nganterin Papa pak, ke tempat kerja" jawab gwe sambil mengecek HP dengan tujuan nelpon bini gwe mau nanyain dompet.
Polisi : "Emang bapak kamu kerja dimana" tanya pak polisi lagi.
Gwe : "Kerja di tanah abang dua pak" jawabku berbohong. Padahal papa berangkat kerja sama adik gwe. Kalau tempatnya emang bener dia kerja di tanah abang dua.
Polisi : "Kerja apaan?" tanya polisi itu singkat.
Gwe : "Paspampres" jawab gwe singkat juga.
Polisi : "Bagian apa?" tanya polisi kepo.
Gwe : "Bagian intel pak" jawab gwe dengan muka tanpa dosa karena sudah salah bawa motor nggak bawa surat-surat sekarang malah ngebohongin Polisi habis nganterin bokap. Padahal gwe nganterin anaknya.
Polisi : "Kamu mau kemana?" Pertanyaan lain lagi dari kesalahan gwe melanggar peraturan lalu lintas.
Gwe : "Mau ke priok pak"
Polisi : "Kamu kerja apa"
Gwe : "Kontraktor pak"
Polisi : "Jari kamu kenapa" tanya polisi sambil melirik jari gwe yang emang ada kelainan.
Gwe : "Kejempit" jawab gwe singkat.
Polisi : "Kejempit mesin, ditempat kerja"
Gwe : "Iyah pak" jawab gwe dengan muka memelas.
Polisi : "Makanya kerja itu harus hati-hati nanti celaka" ucap polisi itu sedikit menasehati, sangat jauh dari kesalahan apa yang gwe lakukin, yaitu nggak bawa surat-surat saat berkendara.
Polisi : "Kamu tinggal dimana"
Gwe : "Di Bekasi pak"
Polisi : "Berarti ini nganterin papa kamu ke tanah abang terus ke priok" tanya polisi itu. Mungkin dia melihat gwe dan iba dengan penderitaan yang sedang gwe alami saat itu.
Gwe : "Iyah pak" jawab gwe mulai sedikit tenang.
Tiba-tiba polisi itu memberikan kunci motor gwe dengan memberikan lagi nasehat agar hati-hati saat bekerja dan kalau bawa kendaraan harus bawa surat-surat.
Polisi: "Sudah sana kamu jalan, hati-hati kalau kerja, jangan lupa bawa surat-surat kalau bawa motor" ucap polisi itu sambil menyodorkan kunci yang dari tadi di pegangin terus sama dia.
Polisi : "Kamu ke tempat papa kamu dulu minta uang, takut ada apa-apa dijalan". Lanjut pak polisi yang gwe lihat pagi itu jadi terlihat santai, setelah mendengarkan semua keluh kesah gwe. Mungkin dalam hatinya ada sesuatu ketidaktegaan melihat semua penderitaan yang gwe alami.
Gwe : "Iyah pak makasih" jawab gwe singkat. Tak banyak kata gwe langsung ambil kunci dan langsung ngacir naik motor.
Pikiran gwe melayang memikirkan apa yang barusan terjadi, dosa besar banget gwe pagi ini, udah salah bawa motor gak bawa surat-surat, plat nomor belakangnya gak ada lagi, eh ngeboong juga ke polisi. Mudah-mudahan diampuni dosa-dosa gwe pagi ini,aminnnn! (/rdl)