Tidak terasa sudah lama tidak menuliskan apa yang saya pikirkan dan rasakan selama Pemilu tahun ini, khususnya melalui media sosial. Alasan paling kuat adalah tanggung jawab moral sebagai abdi Negara. Saya jadi ingat sudah tidak terhitung remasan tangan, tepukan di kening, decakan jengkel di bibir, hingga ketikan-ketikan jari yang (akhirnya) dibatalkan untuk di-publish selama masa kampanye hingga penghitungan suara pemilihan presiden dan wakil presiden ini. Sungguh "puasa birokrasi" ini membuat diri ini seperti Pai Su Cen (Siluman Ular Putih) yang terbelenggu di dalam pagoda Leifeng.
KEMBALI KE ARTIKEL