Tak salah bukan jika hasrat ini terlalu besar?
Kalaupun salah, biarlah aku larut dalam kesalahan itu.
Ku nyalakan sebatang rokok lagi untuk berfantasi akan hidup di masa datang tidak lagi se-sembraut ini.
Puing-puing harapan mulai ku dirikan satu-persatu-- padahal aku mengetahui bahwa tuhan sudah menetapkan, tapi sebagaimana hal layak manusia lainnya aku ingin punya wacana.
Semakin larut malam, semakin banyak pengiatan diri, aku harap tidak ada klise nantinya untuk menyelipkan kau dalam wacana itu.
Kata orang takdir bisa di ubah dengan do'a kan?
tapi kata orang juga takdir, ya sudah takdir.
Haruskah aku menyimpan kau dalam puisi? lamunan? Atau bahkan nanti ketika takdir berkata lain, bolehkah aku menyimpan nama cantik itu di buah hatiku kelak?
Yang pastinya, kau ada di sini. Selamanya.