Afriyani, sosok seorang yang lalai dan gegabah sehingga menyebabkan nyawa orang melayang dalam hitungan detik, ia pantas diberi hujatan-hujatan yang keras. Ia memang harus menerima resikonya. Resiko sebagai orang yang selalu menjunjung kebebasan dan hak, khas anak-anak muda di negeri yang semakin bebas dan liberal ini.
Apa sih, bedanya Afriyani dengan para elit di negara kita ? Jawabannya tentu saja tidak ada. Jika Afriyani menenggak narkoba untuk mencari sensasi dan kesenangan, para elit di negara kita justru mencari sensasi dan kesenangan melalui korupsi yang dilakukannya. Jika Afriyani mengemudikan mobil dengan zig-zag dan tanpa kendali, para elit di negara kita juga dalam meraih dan menjalankan kekuasaan ngebut, zig-zag, dan motong tanpa peduli sama yang memberikan amanah. Jika Afriyani mengendarai mobil bodong, para elit di negara kita juga menjalankan kekuasaan bodong, karena krisis ligitimasi.
Ilustrasi di atas hanya sekedar contoh bahwa Afriyani sebenarnya wajah bangsa kita sendiri. Bangsa yang sudah pongah. Bangsa yang careless. Bangsa yang kebablasan menjalankan demokrasi liberal. Bangsa yang tak taat aturan. Bangsa bodong, karena seluruh kekayaannya sudah sold out. Bangsa yang tak jelas mau menuju kemana. Ketika bicara bangsa berarti kita semua yang bermimpi menjadikan negeri ini sebagai rumah bersama. Ini menjadi PR untuk kita sebagai masyarakat Indonesia agar bisa merubah wajah bangsa kita sendiri.