Myanmar juga merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah populasi sekitar 50 juta jiwa penduduk. Dari 50 juta penduduk tersebut terdapat keturuan dari ras mongol dan selebihnya merupakan keturunan dari India dan Pakistan. Masyarakat Myanmar biasanya memiliki pekerjaan di bidang pertanian. Negara ini juga terkenal dengan negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah apabila pengelolaan dari pihak pemerintah dilakukan dengan benar, namun sangat disayangkan ketahanan pangan yang di Myanmar dalam beberapa kurun tahun kebelakang sempat mengalami penurunan.
Ketahanan pangan pada dasarnya memiiki 4 pilar yaitu: 1) Akses ke makanan, akses yang dimaksud berkaitan dengan setiap individu dapat memperoleh ketersediaan jalur akses ke makanan atau tidak, Dalam konteks akses, hal ini membahas tentang kemampuan setiap individu untuk membeli atau menukar barang dengan makanan. 2) Pemanfaatan makanan merupakan salah satu pilar yang penting, komponen ini membahas mengenai kemampuan tubuh setiap individu unutk memaksimalkan nutrisi dari dalalm makanan yang dikonsumsi. Baik buruknya pemanfaatan makanan dapat dipengaruhi dari faktor penyimpanan makanan, cara pengelolaan, serta kualitas dari bahan-bahan yang diolah. 3) Stabilitas, dari ketersediaan pilar sebelumnya dalam konteks ketahanan pangan harus ada konsistensi ketersediaan pangan untuk waktu-ke waktu supaya pilar pertama akan bisa terus berjalan. 4) Malnutrisi dapat merusak kemampuan seseorang untuk menjalankan kehidupan yang sehat dan terjadi ketika seseorang tidak dapat berbagai nutrisi yang tepat dalam jumlah yang seharusnya diterima sehari-hari.
Dari berbagai sejarah dan latar belakang yang dimiliki oleh Myanmar dengan keterkaitan ketahanan pangan yang ada di Myanmar, maka ada beberapa faktor penyebab yang memberi pengaruh terhadap ketahanan pangan di Myanmar:
Keadaan Politik
Jika dilirik dari sejarah yang ada, Myanmar memiliki sejarah ketegangan dengan kelompok etnis bersenjata sejak masa kolonial, masa-masa tersebut sudah memecah belah Myanmar secara teritorial. Junta militer memiliki kekuasaan yang sentral atau otoriter, sedangkan kelompok etnis bersenjata ingin mengklaim otonomi. Perjanjian genjatan senjata nasional pun sudah pernah terbentuk hingga pada tahun 2015 perjanjian tersebut membawa stabilitas keamanan politik, akan tetapi konflik kembali membara setelah kudeta pada Februari 2021.
Kerawanan pangan di Myanmar mengalami peningkatan tajam sejak adanya kudeta militer yang terjadi pada tahun 2021. Kerusuhan tersebut didorong oleh krisis politik yang sedang berlangsung di Myanmar yang mana permasalahan utamanya adalah kemiskinan dan pengungsi. Menurut WFP, krisis ketahanan pangan ini merupakan krisis paling akut yang pernah dihadapi oleh Myanmar. Sebab, Program  Pangan Dunia PBB (WFP) membutuhkan sekitar $86 juta yang mewakili 70 persen dari kebutuhan pendanaan yang sebenarnya. Berdasarkan perkiraan dari WFP, sekitar 6,2 juta orang di Myanmar dapat berpotensi mengalami krisis ketahanan pangan pada Oktober, penyebabnya diperparah dengan adanya kerusuhan politik yang sedang berlangsung di Myanmar. Sejak Militer berhasil mengambil alih pemerintah dalam kudetanya di Februari, diperkirakan 1,2 juta pekerjaan telah hilang di Myanmar apabila dibandingkan dengan kuartal terakhir pada tahun 2020.
Kondisi Alam
Ketahanan pangan Myanmar dilemahkan oleh ketidakstabilan yang mengakibatkan ketimpangan penduduk yang signifikan, Myanmar juga merupakan salah satu negara didunia yang paling rentan mengalami bencana alam seperti; kekeringan; angin topan; tsunami. Myanmar menduduki peringkat ketiga dari 187 negara dalam konteks Indeks Risiko Iklim Global. Sejak tahun 2012, sekitar 13 juta orang terkena dampak dari adanya bencana alam, termasuk adanya tiga topan yang berkategori 4. Dari adanya krisis bencana alam tersebut pada tahun 2008 menghancurkan sebagian garis besar pantai dan menyebabkan sekitar 270.000 orang mengungsi.
Dengan rusaknya segala fasilitas Myanmar yang mana fasilitas tersebut berguna untuk menjalankan pilar pertama ketahanan pangan, maka akses untuk mendistribusikan bahan-bahan pangan mengalami hambatan, hambatan tersebut berdampak terhadap pilar-pilar ketahanan pangan yang lain.
Covid-19
Covid-19 menjadi permasalahan seluruh negara, Myanmar menjadi salah satu negara yang mengalami kesulitan terutama dalam permasalahan ekonomi, Myanmar mendapati pukulan telak pada tahun 2020 dengan berhentinya pasar pariwisata yang berkembang pesat di negara tersebut dan membuat banyak pekerja yang tidak dapat bekerja bahkan mengalami pemutusan kerja. Dari kacaunya perekonomian Myanmar telah menyeret ke permasalahan lainnya yaitu krisis ketahanan pangan. Pada tahun 2020 menurut data IFRPI telah melakukan studi intensif mengenai ketahanan pangan di Myanmar dan berhasil menemukan bahwa kemiskinan berbasis pendapatan meninigkat yang semula berada di angka 16 persen menjadi berada di angka 63 persen antara bulan Januari dan September pada tahun 2020. Kemiskinan juga diperparah dengan adanya kudeta yang mana berdampak terhadap peningkatan tekanan pada rantai pasokan makanan di Myanmar sehingga mengakibatkan naiknya harga pangan.