Pilihan Gen Z untuk childfree juga sering kali dipengaruhi oleh pengalaman traumatis di masa kecil. Dari sudut pandang psikologis, beberapa orang memutuskan untuk tidak memiliki anak karena trauma dan ketakutan bahwa mereka mungkin tidak mampu merawat anak dengan baik. Akibatnya, mereka memilih untuk tidak memiliki anak.
Kepedulian terhadap lingkungan dan keputusan pribadi juga menjadi salah satu alasan kenapa banyak dari kalangan Gen Z yang memilih untuk childfree. Menurut mereka, dengan memilih untuk tidak memiliki anak, mereka merasa dapat ikut serta dalam mengurangi dampak negatif, salah satunya overpopulasi. Selain itu, dengan tidak memiliki anak, mereka merasa memiliki kebebasan untuk mendalami hobi, bepergian, dan hidup lebih fleksibel.
Meski demikian, keputusan untuk childfree sering kali menghadapi stigma masyarakat yang ditambah dengan tekanan dari lingkungan. Mayoritas masyarakat indonesia masih berpegang teguh pada nilai-nilai keluarga besar, meneruskan keturunan masih menjadi prioritas bagi mereka yang berfikir demikian. Sehingga, pilihan untuk childfree masih terdengar tabu dan dipandang sebagai hal yang tidak biasa. Namun seiring berjalannya waktu, kesadaran akan keberagaman pilihan hidup kian meningkat, stigma ini pun mulai mengalami perubahan.
Tren childfree di kalangan Gen Z bukan hanya sekedar tren belaka, melainkan perubahan nilai dan prioritas dalam masyarakat modern. Dengan berbagai alasan yang telah disebutkan, dari faktor ekonomi hingga keputusan pribadi, semakin banyak Gen Z yang berpikir bahwa hidup tanpa anak atau childfree adalah pilihan yang tepat bagi mereka.