Di kita sangat beda. Semua orang yang bekerja di sawah, kita sebut 'Petani'. Padahal, sawah sepetak aja gak punya. Di sini kita tidak bisa bedakan mana petani dan mana buruh tani. Yang tertulis di KTP pun, tertera 'petani'. Kenyataannya, ya itu tadi, tidak punya lahan tempat bercocok-tanam. Tapi tidak mengapa. Lain negara, lain istilah. Yang penting kecerdasan. Petani atau buruh tani di kita kadang tidak kalah cerdas dengan yang ada di USA. Saya ingin bercerita sedikit tentang seorang Petani yang saya kenal dari Trenggalek Selatan.
Saya mengenalnya saat Lebaran tahun lalu, 2019. Diajak oleh senior jalan-jalan, silaturahim Lebaran. Dari Malang ke Trenggalek, motoran. Asyik juga. Sepanjang 7 jam perjalanan dari arab Malang meuju Trenggalek mengingatkan saya akan Takengon di Aceh Tengah. Sungguh indah pemandangannya. Kami berangkat malam Idul Fitri bertiga.
Tiba di sebuah desa namanya Salam Wates, Kecamatan Dongko, saya takjub. Desanya terletak paling ujung arah tenggara, persis dibatasi oleh hutan Pinus di beberapa bukit. Hijau, menawan. Dari jauh tidak kelihatan ada penghuninya.Â