Meski ekspektasi yang 'ketinggian' bisa jadi merupakan sikap yang berlebihan, setidaknya kini kita memiliki presiden yang juga memiliki sejarah kedekatan yang baik dengan rakyat di bawah wewenang dan ayomannya sebelum beliau menduduki RI1. Ya, itulah dia, presiden terpilih pemilu 2014, bapak Ir. Joko Widodo. Wong Jowo yang sangat Njawani ini, sebagaimana pengakuan teman SMPnya, Prof. Sri Adiningsih, merupakan sosok yang santun, tekun, sederhana, dan mudah tergerak untuk menolong sesamanya. Menjadi sahabat seorang Jokowi, berarti pula menjadi saksi sejarah bagaimana seorang presiden dengan massa yang luar biasa itu dibentuk oleh latar belakangnya sebagai orang kebanyakan, yang mirip dengan kita semua, yang bukan berasal dari kalangan elit. Sungguh sebuah background yang kemudian mengasah seorang Jokowi menjadi sosok yang teguh dan setia pada cita-citanya, bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, entah sebagai pengusaha, walikota, gubernur, dan hari ini sebagai presiden.
Sebagaimana yang diceritakan Prof. Sri Adiningsih, ketika dia menanyakan resep sukses Jokowi memimpin Solo kala itu, yang dijawab dengan lugas: "Bekerja saja untuk kepentingan rakyat, bekerja keras dan sungguh-sungguh." Walhasil, warga Solo pun sedemikian mencintainya, dengan memberikan suara sebesar 90% dalam pilkada.
Rakyat Bukan Botol Kosong
Jadi, jangan pernah menganggap rakyat tidak tahu apa-apa. Lalu dicekoki dengan pencitraan, kampanye hitam, apalagi politik uang. Di dalam diam, kami rakyat Indonesia melihat dan mengawasi para pemimpin kami. Dan pemimpin yang santun, pekerja keras, dan tak neko-neko, tentu saja memiliki nilai lebih dalam pandangan dan hati kami.
Terpilihnya Jokowi-JK adalah bukti tentang keberhasilan sebuah gerakan rakyat, para relawan yang mumpuni, bersama puluhan juta pemilih yang percaya pada 'sang terpilih' karena kontribusi dari kerja-kerja nyata yang telah beliau wujudkan sebelumnya ketika masih sebagai walikota Solo ataupun gubernur DKI Jakarta.
Salam Indonesia Hebat!