Suatu saat, aku coba ngobrol sama salah satu temanku,
aku (a) : Hi sayang, selamat yaaahh (^_^)/
teman (t) : hi :)
t : selamat? biskuit?
a : hihihi,, itu.. statusmu... aq setuju.... tampaknya temanku sedang berbahagia.... aku ikut senaaang (^_^)/
t : oh.. amin.. itu status cuma buat nguatin aja, gw lagi kesel ma suami gw..
a : o.. ow.. so sorry...
percakapan kami berhenti sampai disitu... lalu kucoba sapa temanku yang lain, statusnya "Bahagia itu adalah sesuatu yang tidak memiliki takaran, dan aku sepertinya over load.. yeeey..", dari kalimatnya, aku berpersepsi bahwa temanku ini sedang sangat bahagia..
aku (a) : Wie (nama temanku)... senang deh baca statusmu... selamat atas apapun yang membuatmu bahagia yaaahh... (^_^)/
Wie (w) : Makasih Ricka... i hope so..
a : What? i hope so..??
w : yeah, i'm just pretending to be happy :(
a : oh.. Maaf yah... baiklah kalau begitu, yang kuat yah.. apapun masalahnya, pasti selesai kok :)
w : amin.. thanks dear..
a : sama - sama darling...
w : aku berantem terus ma cowokku.. cowokku blablablablabla...
Aku bingung menanggapi curhatan temenku yang satu ini, karena dia mengetik banyak sekali kata dan aku hanya menjawab "sabar ya sayang, semua pasti ada hikmahnya kok :)" di akhir perbincangan..
OMG!! jadi sekarang statement 'bahagia itu pilihan' hanya di jadikan sebagai kalimat penguat agar seseorang bahagia?
Coba kita tengok sekeliling kita, ada yang punya cita-cita, 'membahagiakan orang tua', apakah itu artinya selama ini orang tuanya tidak pernah bahagia? ada juga yang bilang, 'bahagia itu tidak bisa di beli dengan uang, its priceless', tapi begitu aku bilang, 'tapi uang bisa beli apa aja yang kita mau, dan kita bahagia karena kita bisa memenuhi semua yang kita inginkan', dia hanya menjawab 'iya sih'..
Kalau memang bahagia itu pilihan, mengapa banyak sekali orang yang mengaku tidak bahagia dan padahal mereka tau kalau merasa bahagia itu 'menyenangkan'??
Jadi, sebenarnya apa sih bahagia itu?