Sebuah kalimat yang aku baca dari status orang lalu terilhami untuk sedikit menulis tentang itu, sebuah kalimat yang seharusnya membuat kita sadar, siapa kita dan bagaimana kita sebenarnya didunia ini telah direncanakan olehNya.
Kita dilahirkan bersayap, kenapa memilih untuk hidup merangkak (jalaludin rummi)
Bagi saya, ungkapan itu adalah sesuatu yang luar biasa, dan mambuktikan bahwa penciptaan yang terjadi bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sedemikian rupa tanpa kesengajaan, namun lebih hebat dari pada prasangka itu.
Kesempurnaan yang menjadi bagian dari lahiriah kita sebagai manusia tidak selalu kekal dan kemudian pergi bersama diri ini yang membumi. Kesempurnaan yang hanya sebagian itu juga harus dipertahankan dan di re-create agar terus –menerus mengingatkan kita bahwa sayap yang telah ada haruslah digunakan sebaik mungkin untuk menuju sebuah pengakuan akan kesempurnaan yang sifatnya lebih permanen dalam hidup ini (hidup bermasyarakat).
Kita lebih sering kehilangan jati diri ketika dihadapkan pada kesusahan dan kesulitan, ujian yang harusnya kita lewati menuju sebuah kesempurnaan (dapat terbang dengan dua sayap) malah membuat kita semakin kehilangan sayap yang telah kita miliki, dan itu terjadi hampir pada diri semua orang, termasuk mereka yang mengakui keberadaan Tuhan sebagai Pencipta.
Kita sebagai manusia hampir tak pernah perduli dengan banyaknya bulu-bulu halus dari kepakan sebelah sayap yang kita punya, kita terus saja awalnya mencoba sekuat tenaga untuk terbang, namun perlahan-lahan kita meninggalkan kebiasaan itu untuk kemudian menjadi sesuatu yang berjalan dengan merangkak!
Merangkak, memang bukan sesuatu yang hina dina, namun pada dasarnya, kita diciptakan dengan sebelah sayap, dan tugas kita adalah menciptakan satu sayap lagi untuk kemudian terbang dalam penghargaan akan kehidupan dan pemaknaan penciptaan yang lebih mendasar.
Ya, kita lebih memilih merangkak, karena tidak membutuhkan banyak kesabaran, perjuangan ataupun ujian yang harus dilewati, kita cukup menaikkan sedikit posisi punggung, kemudian mencoba berjalan.
Dan tanpa disadari,hampir semua dari kita memilih cara itu untuk hidup didunia.
Dengan segala kekurangan yang kita miliki, siapapun kita, apapun bentuk tubuh kita, dari mana kita berasal,dan pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa disuguhkan sebagai bentuk mengingkari kesempurnaan hidup...
Kita tetaplah telah memiliki sayap. Sayap itu adalah sebuah kesempatan untuk dapat hidup didunia ini.
Yaa..itulah sayap pertama yang kita punya, dan itu adalah anugerah yang luar biasa, namun juga banyak dari manusia yang kemudian tak mampu melihat itu sebagai kesempatan, dan akhirnya mengakhiri hidupnya dengan cara yang dianggap wajar.
Kesempatan untuk hidup adalah sayap pertama yang kita punya, tugas kita adalah menciptakan/membuat sayap kedua agar kita bisa terbang dalam kehormatan hidup didunia.
Namun lagi-lagi kita, ya kita menjadi bagian dari mereka yang hidupnya dengan cara merangkak, tak perlu akan atri kebenaran, bagi mereka yang merangkak, yang penting sampai keroma walaupun dengan cara-cara tak terhormat.
Bagi mereka yang merangkak, asal sudah bisa merangkak, tidak perlu brpikir untuk bisa berdiri, apalagi terbang dalam kebahagiaan hidup yang menjadi kodratnya.
Sedangkan bagi mereka yang telah terbang, kepakan sayap-sayap kebahagiaan yang juga membahagiakan telah membawa mereka jauh keatas dunia yang indah tanpa keributan, tanpa ada gesekan kesepahaman, ataupun permasalahan agama yang dianggap sebagai pembenaran untuk membunuh sesama lainnya.
Dan kita telah “dilahirkan bersayap, kenapa harus memilih hidup merangkak”..?
Ricisan