Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Tentang Sekularisme

7 Mei 2010   05:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:21 1519 0
Tulisan ini merupakan tanggapan saya terhadap tulisanya mas Radix  W P mengenai Istilah sekularisme. Pada awalnya saya ingin memberikan komentar langsung di tulisan mas Radix, namun setelah mempertimbangkan keindahan display, saya memilih untuk menulis langsung respon saya melalui sebuah postingan baru. Yaa...sekaligus menambah koleksi tulisan saya...^_^

Tentang Definisi(nya mas Radix)


mengenai definisi, ada beberapa hal penting  yang ingin saya munculkan. berikut definisi yang diberikan oleh mas Radix:

“Secularism is an ethical system founded on the principle of natural morality. Its first postulate is freedom of thought. Its necessary compliment is the right to difference of opinion. It does not combat the postulates of Christianity, nor does it say there is no light for guidance save in nature.”

bagian penting dari definisi ini adalah:

1.Ethical Systems is based on natural morality.

2. Freedom of thought adalah penting adanya (jika tidak yang terpenting).

3. Therefore, different opinion merupakan konsekuensi logis dari no.2 .

4. Kepercayaan ini tidak bermaksud menyerang/melawan/menghancurkan/menyingkirkan kekristenan. Tidak juga bermaksud untuk menyangkal bahwa panduan keselamatan dapat diperoleh di dalam dunia ini.

Melalui definisi ini, mas Radix menyatakan bahwa, jika ada konsep sekularisme itu serupa adanya dengan "tidak percaya pada Tuhan" atau Ateisme, itu salah besar. Seorang sekuler dapat percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang membedakan dengan seorang non-sekuler adalah seorang sekuler (yang percaya kepada Tuhan) mengamalkan kehidupan spiritualnya secara pribadi.

Dari 4 poin penting dari definisi yang saya daftar diatas, bagian yang paling menarik adalah no.1 dan no.4. Istilah "Natural morality" sebenarnya, saya melihatnya, bertentangan dengan bagian "It does not combat the postulates of Christianity" . "Natural morality", sepanjang yang saya tahu, merupakan istilah yang menyatakan bahwa "aturan moral adalah apa yang ada di dalam masyarakat". Maksudnya, manusialah yang membentuk nilai-nilai moral yang ada di dunia ini. Masalah 'baik' dan 'buruk' merupakan bentukan/temuan manusia. Konsekuensinya, Bukanlah Tuhan yang menjadi acuan hukum moral. Dan ini, secara tidak langsung, bertentangan dengan pernyataan no.4. Sepanjang yang saya tahu, Kekristenan sangat menjunjung tinggi Tuhan sebagai sumber hukum moral. Inilah sebabnya, saya rasa, mengapa seorang sekuler sering disebut juga seorang Humanis.

Hal ini lebih dipertegas jika kita melihat asal kata "SECULAR", yang berasal dari bahasa latin, yang berarti "of this world" dan merupakan lawan kata dari "RELIGIOUS".

Definisi dan gaya hidup

Sekarang coba kita lihat definisi dari sumber lain, lalu membayangkan bagaimana seorang sekuler, kemungkinan, menjalankan hidupnya.

Longman Dictionary of Contemporary English memberikan dua pengertian dari kata "Secularism".

1. a system of social organization that does not allow religion to influence the government, or the belief that religion should not influence a government.

2. the quality of behaving in a way that shows religion does not influence you.

Pengertian yang pertama adalah yang dipromosikan oleh mas Radix, bahwa Politik dan agama tidak boleh bercampur. Sebagai seorang Kristen saya sangat setuju jika dikatakan bahwa Agama tidak boleh menjadi alat kekuasaan, karena Yesus sendiri selalu menolak jika kerajaannya dikaitkan dengan kerajaan yang ada di dunia. Bukan kekuasaan atas sebuah negaralah yang diinginkan oleh Yesus, namun kekuasaan atas setiap hati manusia, agar kedamaian yang dari Allah hadir di setiap umatNYA.

Namun jika dikatakan bahwa seorang kristen tidak boleh menerapkan pandangan imannya di dalam kebijakan pemerintahan, inilah yang saya kurang setujui. Ini sama saja berkata bahwa orang tersebut bukanlah seorang kristen (atau penganut kepercayaan lainnya), karena IMAN itu, sepanjang yang saya tahu dan yakini, harus diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata.

Kasus homoseksual merupakan contoh yang sangat baik di sini. Jika ada situasi dimana para kaum homoseksual mengajukan tuntutan kepada pemerintah supaya negara melarang diskriminasi terhadap kaum homoseksual, Seorang Kristen dengan senang hati akan menyetujuinya. Seorang homoseksual, dimata kristus, juga merupakan manusia yang harus dihargai, meskipun cara/gaya hidupnya tidak musti disetujui.

Akan berbeda jika kaum homoseksual itu menuntut kepada pemerintah, agar dibuatkan peraturan yang membuat mereka diijinkan masuk menjadi pengurus sebuah gereja (yang jelas-jelas mengangap GAYA HIDUP homoseksual sebagai dosa, dan orang yang jelas-jelas sedang bergelut/berjuang dengan dosa sangat tidak dianjurkan menjadi pengurus gereja). Dalam posisi seperti ini, seorang kristen akan dengan tegas menyampaikan apa yang ia percayai berkenaan dengan situasi ini, karena jika tidak, maka Gereja bukan disebut lagi gereja, kekristenan bukan disebut lagi dengan kekristenan. Mungkin analogi yang tepat adalah di dalam situasi dimana sekelompok orang menuntut pemerintah membuat peraturan agar mengijinkan mereka bugil ketika beribadah/berdoa di rumah ibadah, dengan mengatasnamakan kebebasan berekspersi. Disini terlihat bahwa tak mungkin tidak membawa iman/apa yang diyakini ke dalam sikap hidup sehari-hari, termasuk pemerintahan. Seorang pemimpin Muslim tentu akan menolak pengesahan Undang-undang pernikahan homoseksual di negaranya, begitupun saya, tidak akan menyetujui diwujudkannya undang-undang ini, karena bertentangan dengan iman saya.

Lebih lanjut lagi,Catholic Encyclopedia mengatakan

"The fundamental principle of Secularism is that, in his whole conduct, man should be guided exclusively by considerations derived from the present life itself. Anything that is above or beyond the present life should be entirely overlooked. Whether God exists or not, whether the soul is immortal or not, are questions which at best cannot be answered, and on which consequently no motives of action can be based. A fortiori all motives derived from the Christian religion are worthless."

Dari definisi ini terlihat bahwa seorang Sekuler fokus pada apa yang ada di dunia pada saat ini. Segala yang ada diluar kehidupan yang sekarang ini harus diabaikan. Pebincangan mengenai keberadaan Allah, dan Jiwa bukanlah topik yang menarik bagi seorang sekuler. Dan konsekuensi logisnya adalah hukum moral tidak bersumber pada Allah, terlebih Allah yang dipuja orang kristen.

Definisi ini didukung oleh Encyclopedia Britanica 2009 Student and Home Edition yang mengatakan bahwa:

(Secularism is) "any movement in society directed away from otherworldliness to life on earth."

Berdasarkan definisi di atas, kehidupan setelah kematian tentu bukan bagian dari perbincangan seorang sekuler. Sementara iman kristen (dan iman agama-agama Samawi lainnya), yang saya ketahui, sangat menonjolkan pentingnya kehidupan setelah kematian. Yesuspun, seperti yang saya katakan di atas, menolak menghubungkan panggilannya dengan semata-mata kehidupan yang ada sekarang. Ada kehidupan setelah kematian, yang menjadi bagian dari Iman kristen, yang tertuang di dalam kisah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Surga.

Jadi,

Menurut saya, seorang sekuler, adalah seorang yang menempatkan manusia dan dunia yang ada sekarang ini sebagai acuan dari tindak-tanduk manusia (Hukum moral), dan jika ada kepercayaan yang bertentangan dengan/merugikan pihak-pihak lain, maka perlu dipertanyakanlah kepercayaan itu. ini terwujud dari pernyataan mas Radix :

"Jika suatu perbuatan berdasarkan keyakinan spiritual menimbulkan kerugian yang nyata bagi manusia lain, maka perbuatan tersebut tidak boleh dilaksanakan"

Jika itu merugikan masyarakat lain, maka kepercayaan itu dipertanyakan. Namun kasusnya tidak sesederhana ini, karena definisi "kerugian nyata" dan "manusia lain" sangatlah relatif. saya setuju jika dikatakan bahwa seorang beriman harus terus memeriksa kebenaran kepercayaannya, namun bukan masyarakat umumlah yang menjadi patokan/acuan pemeriksaan itu.

Kasus menarik terjadi di China. Pemerintah China sangat menentang kekristenan disebarluaskan di negaranya, karena dianggap bisa membahayakan negara. Orang kristen yang diketahui beribadah, akan dipenjara, bahkan ada para misionaris yang disiksa dan dibunuh. Ini semua karena bertentangan dengan azas komunis negara tersebut. Siapakah yang sekuler di sini?Mereka mengatasnamakan orang banyak untuk menindas pihak lain.  Bisakah dikatakan oleh mereka bahwa Kekristenan dianggap akan membawa kerugian nyata bagi manusia lain di China, sehingga pelarangan perlu dilakukan.

Kedamaian mungkin sebuah kata yang indah, karena Iman sayapun menjunjung tinggi sikap yang saling menghargai pihak yang berbeda, yang dalam arti tidak MEMAKSA/MENGINTIMIDASI pihak yang berbeda agar menganut kepercayaan saya. Namun apakah KEBENARAN akan dikorbankan atas nama KEDAMAIAN? Pemerintah China, lagi-lagi, BISA bergerak atas nama KEDAMAIAN negara untuk menghilangkan kekristenan di China.

Saya setuju jika dikatakan kedamaian itu dalam arti SALING MENGHARGAI perbedaan, namun bukan berarti PENINDASAN/Pengeditan kebenaran iman.

Mungkin seperti yang dikatakan mas Radix:

"Karena itu peraturan nomor satu dalam pergaulan adalah toleransi, yaitu penghormatan terhadap hak manusia lain untuk menjalankan prinsip hidupnya"

Saya menghargai/menghormati mereka yang menganut Sex Bebas/Sex di Luar nikah. Tak akan saya mengancam mereka dengan golok/berperang dengan kekerasan agar mereka menghentikan tindakan mereka yang bertentangan dengan Iman saya. Namun saya akan, dengan cara damai, berjuang agar sikap hidup ini 'hilang' dari masyarakat, karena ini SALAH di mata iman saya.

Ini berkaitan dengan seruan "ekslusif" agama-agama tertentu. Yang saya tahu, kebenaran itu bersifat ekslusif. Tak ada dua klaim yang berbeda/bertentangan yang sama-sama benar (Law of Non-contradiction). Kekristenan yang saya anut tidak mendukung Gaya Hidup Homoseksual, sedangkan ada banyak teman kristen saya yang menerapkan gaya hidup seperti itu. Mana yang benar? tak mungkin kedua-duanya dikatakan benar di mata kekristenan. Entah keyakinan saya ataupun keyakinan teman saya yang salah, namun tak mungkin keduanya benar.

Oleh karena itu, sangat logis jika setiap agama/kepercayaan itu EKSLUSIF, menyatakan dirinyalah yang paling benar. Seorang yang menghina sikap ekslusif dari agama-agama tertentu pasti seorang yang juga Ekslusif, yang ia berarti menolak segala bentuk ekslusifitas.

Tentu para sekuler akan berteriak bahwa sekularismelah yang PALING BENAR (ekslusif), karena jika tidak, untuk apa mereka berkoar-koar agar terwujudnya sikap sekuler di dalam masyarakat.

Begini peryataan saya untuk menyimpulkan pendapat saya terhadap tulisan mas Radix:

1. Saya yakin bahwa kebenaran itu ada, karena menyatakan bahwa "kebenaran itu tidak ada" juga merupakan kepercayaan akan kebenaran pernyataan itu.

2. Kebenaran bersumber pada Tuhan, bukan di masyarakat. Karena jika sumber kebenaran adalah masyarakat, dalam pengertian, TERGANTUNG pada pendapat masyarakat, maka kebenaran menjadi RELATIF.

3. Sekularisme bertentangan dengan iman kristen. Yesus mewartakan kabar baik bahwa kehidupan bukan sekadar di dunia saja,  dan Allahlah sumber kehidupan, sedangkan DEFINISI sekularisme yang saya tahu bertentangan dengan klaim ini.

4. PEMAKSAAN dengan KEKERASAN cara Yesus memenangkan hati orang-orang disekitarnya, namun bukan berarti IA tinggal diam ketika ada ketidakberesan (sesuatu yang bertentangan dengan yang IA Yakini), contoh: ketika Yesus mengusir para penjual yang berdagang di depan Bait Allah.

5. Pluralisme Sosial sangat saya junjung tinggi, namun bukan berarti Pluralisme Iman.

Akhirnya, saya ingin bertanya lagi, apakah anda yakin bahwa anda adalah seorang sekuler?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun