Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mall, Jadi Gaya Hidup?

18 Juli 2011   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 1049 0
PUSAT perbelanjaan atau mall di Yogyakarta saat ini semakin marak. Banyaknya jumlah mall membuat masyarakat Yogyakarta kerap menjadikan mall sebagai tempat berkumpul baik bersama keluarga maupun teman serta rekan kerja. Mall telah menjadi bagian yang tak bisa terpisahkan, seiring perkembangan zaman. Mall seperti bagian dari gaya hidup kaum sosialita.

Dwi Annisa P (20) mengaku sangat suka ke mall. Setiap kali datang ke mall, Annisa bisa berjam-jam. Minimal dalam satu bulan ia datang ke mall sebanyak 4 kali. "Kalau datang bersama keluarga biasanya untuk belanja, tapi kalau bareng teman-teman karena memang mau nongkrong. Buat menghabiskan waktu kalau ndak ada pekerjaan," kata mahasiswi semester 5 ini.

Menurut Annisa, mall menjadi tempat yang nyaman untuk nongkrong. Disana ia bisa berjam-jam nggosip sama teman-teman sambil main kartu atau internetan. Menurut pengalamannya, meski berlama-lama di mall ia belum pernah ditegur petugas. "Mall itu banyak pilihan. Kalau bosan di satu tempat, bisa jalan-jalan dan cari tempat lain di mall tersebut," tuturnya.

Kehadiran mall untuk rekreasi memang positif. Namun, harus dipertimbangkan aspek lokasi dan dampaknya pada kehidupan perekonomian di daerah dan kota sekitarnya. "Kalau di luar negeri, katakanlah Amerika, mall sebagai tempat rekreasi sangat positif dan banyak diminati. Hanya saja, lokasinya di pinggir kota, atau berjarak 20-40 Km dari pusat kota. Jadi, tidak di dalam kota," kata pengusaha dan pemilik The House of Raminten, Hamzah HS.

Hamzah mengaku sering melakukan kunjungan ke mall, di berbagai negara, selain untuk rekreasi, juga untuk mencermati produk yang dipajang. Baginya, mall yang ada di tengah kota, kurang pas bila sebagai tempat rekreasi, karena akan mematikan toko-toko kecil di sekitarnya.

"Selain itu, tak sedikit counter mall di dalam kota yang sebenarnya tak meraih keuntungan, karena pengunjung memang hanya ingin rekreasi, dan bukan belanja. Khusus untuk Yogya, mall sudah terlalu banyak, dan toko-toko di sekitarnya turun omzetnya atau sepi," tambah Hamzah.

Dalam menjalankan roda bisnisnya, Plaza Ambarrukmo menerapkan konsep tenancy mix yang terbukti ampuh menarik pengunjung. General Manager Plaza Ambarrukmo Surya Ananta mengungkapkan, berangkat dari misi menyajikan ruang publik berupa pusat perbelanjaan modern di Yogya, Plaza Ambarrukmo kemudian tampil sebagai pusat perbelanjaan yang unik dan menarik. Dibangun di lokasi strategis, dengan interior eksklusif dan megah, Plaza Ambarrukmo berhasil menarik minat masyarakat untuk menjadikannya sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari.

”Di sini pengunjung bukan hanya bisa mendapatkan segala kebutuhan, mereka juga bisa merasakan gaya hidup yang baru melalui pemenuhan kebutuhan akan hiburan, seperti bioskop, game center, cafe & lounge dan pool center yang sangat digemari berbagai kalangan,” ujarnya.

Tak ketinggalan, sebagai ruang publik yang prospektif bagi pengembangan usaha, disediakan pula exhibition hall dalam jumlah cukup banyak. Hal ini bukti jika pihaknya sangat suportif bagi perkembangan dunia usaha demi menggairahkan sektor perekonomian di Yogya.

Poppy Candra selaku General Manager Marketing Jogjatronik Mall mengutarakan, saat ini Jogjatronik tidak hanya sebagai pusat elektronik saja, tapi juga tempat bersantai yang pas bagi keluarga, rekan kerja, relasi ataupun kumpul-kumpul para remaja. Menurut Poppy, seiring dengan kebutuhan teknologi informasi yang terus meningkat, masyarakat membutuhkan tempat belanja yang akomodatif dan representatif.

Tidak hanya lengkap produk-produknya, tapi juga memberikan nilai tambah. Artinya, masyarakat yang datang ke mall tidak hanya ingin belanja, tapi bisa karena urusan lain seperti refreshing atau menjalin relasi bisnis.
Ia menambahkan, pihaknya juga sering melakukan kerja sama dengan sekolah dan instansi. Hal itu sebagai upaya dalam mewujudkan program pemerintah serta menjadikan Jogjatronik sebagai tempat edukasi dan barometer IT di Yogyakarta. ”Konsep kami adalah hitech lifestyle, rekreasi dan edukasi,” jelasnya.

‘Rumah Kedua’ Kaum Hawa
Seiring pola gaya hidup masyarakat urban, mall saat ini sudah menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sekarang, mall tidak hanya dirancang sebagai tempat belanja, juga digunakan untuk tempat hang out kalangan perempuan. Sarana lengkap mulai resto, butik fesyen sampai salon spa, membuat mall seperti ‘rumah kedua’ bagi kaum hawa.

Selain masalah penampilan, gaya hidup seperti tempat hang out dalam bergaul menjadi bagian penting. Untuk mendukung pola gaya hidup ini, tak heran jika pengelola mall merancang dengan konsep yang memadukan lifestyle dan entertainment. Misalkan dengan pertunjukan live music sampai event khusus seperti nonton bareng.
Pengamat fesyen yang juga perancang busana Lia Mustafa menjelaskan, sebenarnya setiap kota atau negara memiliki gaya hidup tersendiri berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, geografi, juga iklim. Misalnya di negara empat musim yang mempunyai cuaca dan udara memungkinkan untuk melakukan aktivitas di luar ruang seperti di taman, dengan iklim kondusif dan tidak terlalu panas.

Di Yogyakarta, lanjutnya, taman kota sebagai pusat hiburan di luar ruangan masih jarang. Toko, kafe, butik, dan pusat mode di luar ruang akan menjadi tempat yang panas dan berdebu. Karena itu, mall dapat memberi kenyamanan bagi warga Yogyakarta. Mall memberi kenyamanan untuk makan, bekerja, olahraga bahkan tempat bermain anak.

Ia menilai fasilitas sarana seperti spa-salon, resto juga diperluan untuk mendukung konsep mall. Konsep seperti ini tentunya memiliki daya tarik dalam menarik market konsumen kelas atas. Bagi Lia Mustafa, masyarakat yang berkunjung ke mall tidak hanya sekadar berbelanja, namun juga memenuhi kebutuhan lainnya seperti mempercantik diri dan meeting dengan rekan bisnisnya.

Sedangkan Sarah Karinda (20), datang ke mall karena alasan sederhana, yakni nyaman. ”Di mall kan adem. Itu yang penting,” kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Yogya. Dikatakan Sarah, alasan yang membuatnya ingin datang ke mall adalah bebas untuk belanja, karena tersedia banyak pilihan.

Namun untuk sekadar nongkrong Sarah tidak melakukannya di mall. Kecuali jika hal itu dilakukan bersama keluarga. Orangtuanya yang berada di luar kota seringkali ketika di Yogya menjadikan mall sebagai tempat rekreasi atau jalan-jalan. ”Kalau sama keluarga bisa lama, karena mereka tidak sekadar datang, tapi juga belanja atau makan,” terang Sarah.

Tak jauh berbeda, Nina Indahsari (19) mengatakan, ia datang ke mall sekadar untuk mencari suasana yang lain. Itupun biasanya bila ia diajak oleh orangtuanya. Meski bukan menjadi tempat favorit, mall menjadi tempat pelarian bersama kawan-kawannya ketika ingin mendapatkan suasana baru. Sedangkan Praend Adidarma (20) mengaku alasan datang ke mall karena memang suka dengan suasana mall yang nyaman. Di mall ia bisa melihat-lihat produk fesyen dan sebagainya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun