menyambut liturgi senja
hanya cawan kami yang berbicara
dan sedikit bunyi dari Incognito
betapa sore teramat merah
ketika nyali jazz
mengajarkan kami keteraturan
dengan mencintai ketidakteraturan
inilah perayaan pseudo
sebab selalu ada, di antara kami
berperan sebagai penyangkal
juga sebagai pelantun requiem
namun, jazz selalu menjaga kuping kami
lalu menyelipkan seorang penyair
dan membacakan kami puisi
dari perkamen purba, tentang kebebasan