Kita merupakan pewaris dari perbuatan kita sendiri, terlahir dari perbuatan kita sendiri, dan berakhir kepada diri sendiri.
Bagaikan sesuatu yang sudah patah, nasi yang sudah menjadi bubur, tidak ada satupun permintaan maaf ataupun pengampunan dosa yang dapat menghapus sejarah atau menghapus perbuatan kita sendiri.
Pepatah mengatakan, lebih baik dirugikan daripada merugikan orang atau makhluk lainnya. Lebih baik merugi daripada merugikan. Lebih baik disakiti daripada menyakiti. Lebih baik diam daripada mengatakan sesuatu yang membuat orang lain sakit hati, mulutmu adalah harimaumu. Karena perkataan atau perbuatanmulah yang akan menentukan karma baik atau karma buruk yang sedang kau tanam.
Yang menghina akan terhina, mencuri akan dicuri, menipu akan ditipu, membunuh akan dibunuh, merendahkan akan direndahkan. Tidak ada satupun gua atau tempat yang akan membuat kita aman dari hukum karma yang bekerja secara otomatis, tanpa diminta sekalipun. Tanpa harus mengutuk sang pelaku yang melakukan perbuatan buruk, dan tanpa kita bayar sekalipun untuk hukum karma itu datang.
Membiarkan seseorang bertingkah semau dia terhadap kita memang sakit, bahkan kita pasti memikirkan ingin membalas perbuatannya. Tapi jangan pernah melakukannya, biarkan sang pelaku tersenyum dan tertawa bahagia akan perbuatan yang telah dilakukannya. Kita cukup duduk menyaksikan karma yang akan datang.Â