Warung kopi itu bertengger di atas trotoar, tepat di depan Gedung Kesenian Kajen yang sepi. Kami yang duduk menunggu hujan reda agaknya harus mengulur waktu dan mengolah obrolan menjadi penangkal kebosanan yang bisa saja menyergap tanpa kami sadari. Apalagi, saat itu jalanan mulai tampak lengang. Orang-orang enggan berlalu lintas. Jalan basah dan licin.
KEMBALI KE ARTIKEL