Mobilku masih berlari, terniang teriakan kenistaan seorang anak kecil yg teraniaya ruang dan waktu. Tangan kiriku masih memegang stir mobil, berbeda dengan tangan kananku telah membelai rambut pendekku dan berhenti di ubun2 karena tersangkut fikiran anak itu. Kenapa otakku terus memikirkannya, terus bekerja mencari jawaban bagaimana, apa dan kenapa ! Aku ingin berbalik, tapi dimana ? ini jalan bebas hambatan ! ini jalan lurus tanpa arah putar !!! 100 meter, 200 meter, 1 km tak ada tanda2 kutemukan arah balik. Aku ingin berbalik !!!!!
Setan ! setan ! aku marah ! memukul setir mobil yg tak bersalah. Apa yg bisa kulakukan utk menenangkan diri. Aku hanya sendiri di dalam mobil, air mata ini tak terasa sedikit demi sedikit menetes hinggap di pipi. Aku menyesal telah melewatkan kesempatanku utk berbagi, aku melewatkan kesempatanku utk membuat anak itu sedikit tersenyum. Aku mengurangi kecepatan, konsentrasiku terpecah.
Apa artinya uang 50rb buatku, aku bisa mengambilnya atau mendapatkanya besok. Kenapa tak kuberikan padanya !!?? mungkin berguna bagi dia. Apa karena begitu banyak berita tentang pengemis yg terkoordinasi ? aku tak perduli. Mau dia ada tuannya atau tidak. Yg pasti 50rb ini pasti akan berguna bagi dia.
Menyesal memang tak pernah ada di awal kisah. Di traffic light berikutnya, aku persembahkan seluruh kemampuanku utk berbagi ketika melihat anak atau pengemis lain ungkapku dalam hati. Akan kubuktikan bahwa anak itu salah. Bahwa Tuhan itu ada ! dan selalu ada di dekat kita !