Siapa yang tak heboh dengan tampilan kompasiana.com yang baru? Rasanya semua berubah, tentunya berubah jadi lebih bagus lagi. Sebelumnya saya mengucapkan selamat untuk tim Kompasiana karena berkat kerja kerasnya selama ini, akhirnya cita-cita move on tampilan web kompasiana yang lebih dinamis terwujud di pertengahan tahun ini. Saya pribadi juga mengucapkan terimakasih karena Kompasiana tak pernah henti untuk melakukan inovasi yang semakin memanjakan kompasianer dari waktu ke waktu.
Pada masa percobaan bulan Mei 2015 lalu, jujur saja saya merasa sedikit kesulitan untuk belajar move on ke kompasiana beta sehingga saya masih asyik posting artikelnya di kompasiana lama. Pada awalnya, saat melihat tampilan layar yang lebih lebar, thumbnail yang lebih besar dan perubahan posisi menu sekitar 80% ini membuat saya sedikit pusing dan sebal. Hal pertama yang ada di benak saya adalah, “Aduh, kenapa Kompasiana kayak gini sekarang. Bikin pusing. Lebih suka tampilan yang lama...”
Tapi, dari waktu ke waktu saya menyadari bahwa hidup tak boleh berhenti di satu titik. Ibarat hidup di dunia, beranilah melompat lebih tinggi jika ingin mengembangkan diri atau mengubah nasib jadi lebih baik. Ok, saya akhirnya menyadari bahwa Kompasiana melakukan pengembangan web besar-besaran juga karena ingin mengembangkan inovasi fasilitas web yang makin dinamis, fleksibel dan mengusung gaya sosial media yang lebih ‘anak muda banget’.
Tampilan Kompasiana sekarang sekilas memang hampir mirip dengan tampilan Facebook, Twitter atau sosial media lainnya. Bedanya bahwa di wadah Kompasiana ini, para anggotanya (kompasianer) adalah orang-orang yang memiliki kemampuan istimewa. Pasang status tak hanya status ‘bodong’ atau tak bermanfaat. Status atau tulisan yang diposting rata-rata memiliki bobot, manfaat bahkan menjadi trending topik di media publik. Dalam berkomentar pun, para kompasianer juga memiliki kesantunan yang lebih tinggi sehingga tak heran jika para kompasianer bisa menjalin persahabatan yang begitu erat, bahkan menjadi keluarga kedua bagi mereka.
Kemarin saya memiliki sebuah pengalaman yang sangat berharga dalam hidup. Masih tentang Kompasiana, wadah ini rasanya sudah menjadi sosial media pertama saya saat ini. Saat ada ide, saya tumpahkan semua ke dalam tulisan lalu saya posting di Kompasiana. Saya sudah ketagihan kompasiana walaupun dalam kualitas tulisan atau prestasi belum ada yang bisa dibanggakan karena masih kalah dengan kompasianer lain tentunya. Nah, saat kemarin para kompasianer heboh karena web kompasiana.com tak bisa diakses beberapa waktu, saya pun merasakan hal yang sama. Saya sangat cemas, dalam hati berkata : ini kok webnya eror terus, muncul kode-kode aneh. Andai bisa akses, yang update hanya artikel terbaru. Sedangkan Highlight, TA atau HL sekitar 3 hari tidak update. Kecemasan saya berujung dengan kirim pesan ke admin Kompasiana. Karena saya tunggu belum ada balasan (mungkin sibuk manage peralihan web Kompasiana yang baru), akhirnya saya langsung WA mas Nurul (admin Kompasiana) perihal masalah ini. Akhirnya mas Nurul menjawab bahwa Kompasiana sedang beralih ke tampilan baru jadi belum maksimal performanya. Dan sampai di titik ini, saya masih belum menyadari bahwa tampilan web baru kompasiana sudah hampir diaktifkan 100%.
Hingga kemarin siang, saat saya update artikel di tampilan lama, saya merasa ada yang aneh. Tiba-tiba artikel saya hilang dan jreng..jreng..jreng... saat buka www.kompasiana.com, muncullah wajah baru kompasiana yang lebih gagah. Dan akhirnya di tahap ini saya baru menyadari bahwa kompasianer telah digiring untuk masuk ke rumah Kompasiana yang baru. Betapa saya susah move on dalam hidup, termasuk dalam memanfaatkan Kompasiana. Oke, akhirnya saya mulai berjalan-jalan di setiap sudut Kompasiana yang baru. Saya rasa, beberapa kompasianer lainnya ada juga yang merasakan hal sama, masih kesulitan dalam menggunakan fasilitas di kompasiana baru. Tapi saya yakin, proses adaptasi yang tak lama akan mengarahkan kompasianer untuk kembali eksis dan move on dengan tampilan kompasiana yang lebih dinamis ini.
Walaupun banyak yang mengatakan “Horeeee......” karena kegirangan melihat wajah kompasiana baru, namun mungkin ada beberapa kekurangan terkait dengan hal ini. Disamping beberapa tampilan menu yang belum jalan (ini bisa dimaklumi karena memang harus dilakukan bertahap), ada hal lain yang harus dipahami bersama agar tidak menimbulkan permasalahan kedepannya. Beberapa kelemahan yang saya temukan adalah :
1. Beberapa (atau semua) Komentar dan Penilaian Hilang
Artikel lama yang sudah memiliki penilaian dan komentar yang banyak, tiba-tiba harus reset dari Nol karena banyak yang tak ikut ke Kompasiana beta. Hal ini masih bisa ditoleransi, toh kompasianer juga masih produktif dengan membuat artikel baru yang memiliki kesempatan untuk dikomentari lebih banyak lagi.
2. Link artikel di kompasiana lama berbeda dengan link artikel di Kompasiana baru
Google telah mengindeks beberapa artikel yang memang banyak viewernya sehingga posisi artikel kita ada yang menduduki posisi atas di Google jika kita search dengan keyword tertentu. Napak tilasnya masih jelas ada. Namun saat diklik linknya, pembaca bakal kecewa karena dipastikan semua link dari artikel yang diposting di Kompasiana lama telah hilang tanpa jejak. Menurut saya ini sangat disayangkan karena link lama terhapus begitu saja. Di Kompsiana baru memang artikel lama masih ada semua, tapi untuk URL link nya sudah berbeda. Andai Kompasiana bisa mengantisipasi ini dengan direct link (saat masuk di link lama secara otomatis akan mengarah ke link baru di Kompasiana), saya rasa semua artikel akan lebih aman.
3. Jumlah Angka Share Ter-riset dari Nol lagi
Kompasiana menyediakan tombol share di setiap postingan artikel yang lebih memudahkan kita untuk share artikel kita ke FB, Twitter, Google Plus dan Linkedin. Rupanya jumlah angka share di kompasiana lama juga tak ikut ke kompasiana baru. Semua angka share di Kompasiana baru ter-riset semua mulai dari nol. Mungkin ini tak menjadi masalah ketika artikel tidak menjadi nominasi lomba tertentu. Namun jika menjadi nominasi lomba tertentu dimana jumlah share terbanyak akan memiliki kesempatan lebih besar untuk menang, tentu sangat disayangkan dan ini akan merugikan kompasianer. Jadi, untuk beberapa blog competition yang bekerjasama dengan pihak sponsor dimana ada aturan bahwa tingkat share tertinggi berkesempatan menang, mohon Kompasiana bisa melakukan sosialisasi baru dengan perusahaan sponsor agar dapat merevisi aturan tersebut sehingga hasilnya bisa lebih fair saat pengumuman pemenang (mungkin kualitas tulisan bisa lebih diprioritaskan).
4. Hilangnya menu Kirim Pesan ke Kompasianer Lain
Menu ini memang dihilangkan ya? Atau saya yang belum menemukan? Karena jika ini memang dihilangkan, sayang sekali rasanya. Saya sendiri bisa berkomunikasi dengan sesama Kompasianer lewat menu ini. Kami bisa saling kenal, bisa dapat nomor kontak sehingga jadi akrab juga dari menu ini. Bisa dikatakan, menu ini adalah yang semakin merekatkan antar kompasianer yang ingin melakukan komunikasi pribadi. Oleh karenanya, jika secara sistem memang bisa direvisi, mohon menu ini diaktifkan kembali agar mempermudah kompasianer untuk berkomunikasi dengan sesamanya.
5. Lain-Lain
Hal lain yang belum lengkap mungkin dapat segera dilengkapi, seperti kotak search agar diaktifkan sehingga bisa segera dimanfaatkan. Selain itu, cover foto di profil kompasianer bisa segera diaktifkan agar makin banyak kompasianer yang bisa memajang foto narsisnya. Hehehe
***
Mungkin itu saja evaluasi dari saya pribadi. Sebelumnya jika ada salah kata, saya minta maaf. Bukan bermaksud menghakimi, hanya ingin melengkapi web baru Kompasiana yang kira-kira dibutuhkan juga oleh para kompasianer lainnya.
Semoga dengan tampilan baru, eksistensi Kompasiana semakin tinggi dan lebih dikenal oleh khalayak ramai, semakin melejit prestasinya diantara banyak media lainnya serta selalu sukses melakukan inovasi terbaik untuk memanjakan para kompasianer. Pastinya, saat Kompasiana MOVE ON, kompasianer akan makin ON :)
Riana Dewie