Saya tidak juga apatis dalam merekam jejak yang berentakan. Siapa pun dirimu yang sedang gelisah dalam  kepahitan, kupastikan kau adalah saudaraku. Sudahkah kau mengusap air mata CINTA dikedua keningku? Atau kau sedang bersembunyi dalam diammu?
Tidak...!!! Kau hanya sengaja membisu dalam kemunafikan. Kau hanya sengaja bersilat lidah dalam kebenaran yang berujung penghiatan. Ah....sungguh biadab kau tertawa dalam ketidakadilan ini. kau hanya pandai  beretorika untuk membodohi orang bodoh. Namu, mereka yang arif sedang menertawakan omong kosong itu.
Sampai detik, saya sedang menghitung tutur kata yang berisikan air lendir kepahitan. Kau sungguh hebat, hinga saya menuliskan narasi kecil berjudul setetes air mata CINTA. Mungkin kau adalah inspirasi yang membuatku menghadirkan pikiran terbuka. Ah...saya berterimakasih, karenamu saya mampu mengumpulkan diksi yang awalnya berhamburan.
Masih kupantau.....