Ayah, kucari kau ketika senja, daun-daun kamboja berjatuhan
Bunganya masih mekar, tak goyah oleh angin
Dalam kuntum doaku, mekarlah rindu di atas nisan bisu
Kubayangkan saja, kau tersenyum menyambut hadirku, lalu kita duduk bersama di bawah pohon kamboja kala itu
Kusentuh dengan gemetar jemariku, huruf-huruf yang mengukir namamu, kurasakan ada sambut darimu
Sampai habis bait-bait doa ini kuucapkan, hingga jingga enggan menungguku lagi
Tapi tak kutemukan wajah tirus yang pernah mengecup keningku setiap hendak tidur
Meski jasadmu telah menyatu dengan debu, tapi darah yang tertinggal dalam dagingku telah membesarkanku menjadi manusia
Ayah, tak kan kulupa, setiap detak napasku kau hadir menjadi semangatku
Mengalirlah kegigihanmu dalam vena dan arteriku
Lalu tumbuh menjadi kekar dalam jiwa dan ragaku
Akulah penerusmu, yang akan menjaga negeri ini dengan mantra puisi, yang kuseduh dalam  secangkir ketabahan setiap kutemukan kau dalam kuntum kamboja
Di sela-sela jatuhnya daun
Bukit Nuris, 2020
~ Riami ~