Tapi bila bidukmu berantakan jangan salahkan angin
Meronta pun percuma, kau tetap dalam kubangan hatinya
Masihkah kau menunggu bulan? Ia terluka dengan gerhananya. Gelap baginya membutuhkan cahaya yang menuntun batinnya untuk tegak lagi pada sinar mentari di lain waktu
Masihkah kau bersabar, menunggu hujan reda, lalu membiarkan biji-bijian itu tumbuh mencumbui sisa embun. Aku berharap suaramu tak parau lagi saat dia tumbuh tidak seperti yang kau harapkan
Yang aku ingin kau bisa mengisi harimu dengan senyum itu sudah sukup bagiku. Tapi bila waktu masih ada untukku, cumbuilah cintaku yang menanti setetes sisa rindumu yang mulai mengering dimakan waktu.
Bukit Nuris, 13 Februari 2020
~ Riami ~