Pertama kali lidah saya mencicipi makanan yang bernama pempek dengan rasa bayar alias tidak bayar karena dapat traktiran dari teman semasa kuliah di Semarang dulu. Sesuatu yang tidak biasa atau bisa dikatakan baru akan terasa aneh, apalagi ini soal makanan yang rasanya tidak pernah bohong. Ketika sepotong pempek rasa ikan yang sudah bercampur dengan kuah yang agak asam mendarat di lidah, saya jadi membayangkan peribahasa Bahasa Indonesia “Asam di gunung, ikan dilaut bertemu dalam semangkuk pempek” begitu kiranya peribahasa tersebut dengan sedikit editan. Sesuap, dua suap dan pada suapan ketiga hmmm, I get feel it. Meski lidah saya yang nota benenya lidah jawa, ternyata lidah saya juga dimanjakan dengan pempek makanan khas Palembang ini. Akhirnya tidak lama kemudian di depan saya tersisa mangkuk kosong yang isinya sudah berpindah ke saluran pencernaan saya.