Aku sendiri. Sepertinya tidak pula harus kutegaskan bahwa kesunyian adalah teman terbaik. Itu kebohongan. Apakah setelahnya aku iklas untuk membiarkan kau ditelan bumi. Sedang belum waktunya ... bahkan tidak pernah kupikirkan untuk berkabung atas kepergianmu itu.
Mungkin setelah kutuliskan ini untukmu, tidak pula kuharap engkau membacanya. Sebab tidaklah patah kepak burung yang mengangkasa, jika saja engkau bertindak sebagai angin, yang selalu dirasakan hadirnya meski tak lagi terlihat di kelopak mataku.
Sungguh aku mencintaimu meski jarak menjadi pembatas yang bajingan antara kita sekarang. Meski tidak lagi wajahmu menoleh kepada ... aku yang merindukanmu dari hati yang paling jahanam.