Sore ini yang selalu dilukiskan langit sedang menangis. Dalam tiap kata. Di sudut jendela tak berkaca. Zahra, mengadukan nasib percintaannya yang dinyanyikan lewat sebuah lagu.
“Yang, hujan turun lagi
Tak inginkah kau duduk di sampingku
Kita bercerita
Tentang langit biru
Di sana, harapan dan impian.”
“Udah sih, Mbak. Lupain aja orang kayak begitu mah! Nggak ada pentingnya buat diinget.” Saran dari seorang adik perempuannya yang turut berdukacita atas kegagalan cinta kakaknya.
“Aku nggak galau!” Bantah Zahra.
“Lha itu nyanyi lagu Obbie mesakh? Padahal, ini hari pan nggak hujan mbak, hihihi ....”
“Ya namanya juga lagi nyanyi. Lagipula, aku kalaupun galau tetep enjoy. Malah menikmati kegalauanku, Bil, saat ini.” Dengan senyum menutupi segala hal yang dirasakan oleh Zahra.
“Serius, Mbak! Aku sih nggak yakin. Kalau boleh tahu, emangnya galau yang sekarang bikin Mbak bisa enjoy itu, galau karena apa?” tanyaNabil penasaran.
“Anu ... Mbak itu di PHP-in sama seorang cowok. Ternyata cowok itu udah beristri lima. Bayangin aja coba! Emangnya Mbak apaan. Mau dijadiin istri keenamnya.” Bias matanya kini terlihat berkaca-kaca, mengungkapkan segala kekecawaan hati yang tersirat.
“Terus, Mbak?”
“Ya, Mbak nggak terimalah! Mana tuh cowok, ternyata deket juga sama seorang cewek yang lebih cantik dari Mbak.” Memalingkan wajahnya kini keluar jendela.
“Sakit ya, Mbak?” tanya Nabil sedikit ragu.
“Sakitlah!”
“Ke rumah sakit yuk, hihihi ....”
“Apaan sih!” gerutu Zahra yang sedang tak ingin bercanda.
“Mbak. Sebenarnya itu, kecantikan wajah seseorang bukanlah menjadi tolok ukur. Kalau Mbak cemburu, itu tandanya Mbak masih sadar diri dan merasa nggak layak dengan itu cowok. Dan kebahagiaan cowok itu sendiri telah dilepasnya. Sekalipun wajah Mbak nggak ayu karena hidungnya yang terlihat mengganggu pemandangan, tapi berbesar hati aja, karena itu tandanya hati Mbak jauh lebih cantik.” Seraya memeluk, Nabil mencoba untuk menghibur suasana hati gadis berhidung pesek.
“Nah kalau orang cantik yang cemburu gimana, Bil?” celetuk Pemulung alias genkshter yang turut mendengar percakapan mereka.
Bukan hanya itu. Terdapat juga yang turut beserta dengan pria berambut gondrong. Antara lain: Abdul, Rhet, dan tak ketinggalan juga kang Ibnu beserta kak Dian dan juga mbakMinal muncul dari balik pintu ruang tengah wisma Kpt.
“Ngapain sih pada gerombol udah pada kayak semut?” ujar Nabil menampakkan kekesalan di wajahnya.
“Ehem ...! Belum dijawab!” sindir Rhet menanti jawaban yang dilontarkan oleh Pemulung janda-janda tua. Hihihi ....
“Kalau orang cantik itu, kebalikannya dari orang jelek. Biasanya, hatinya yang jelek, karena cemburu dengan orang jelek, hihihi ....” jawab Nabil asal.
“Nah, lo termasuk golongan cewek jelek berhati cantik. Atau, cewek cantik berhati jelek?” Kini pertanyaan itu dibalikkan Rhet untuk adik perempuannya yang mirip sumbu kompor.
“Hihihi, Nabil termasuk separuhnya!” celetuk mbak Minal Ain.
“Separuh gimana?” tanya kak Dian tak mengerti.
“Separuh wanita, separuh pria, hihihi ....” seloroh Zhavier yang membuat Nabil geram dan melemparkan sandal, tepat mengenai jidatnya.
“Nggak boleh gitu,” ucap kang Ibnu menengahi, “Nabil itu bukan separuh pria dan separuh wanita, tapi separuh Alien, hihihi ....”
Dengan menghentak-hentakkan kaki dan menggerutu, Nabil mengangkat kaki dari wisma Kpt menuju keluar, diikuti dengan yang lain.
“Mau kemana?” Tanya anak-anak Kpt serempak.
“Mau muter-muter ngilangin galau. Naik becak keliling kota.” Sambil mencegat bapak tukang becak yang lewat di depan rumah.
“Maaf, Neng, nggak terima wanita separuh Alien. Hihihi ....” tolak bapak tukang becak yang ternyata papi Herie.
“Emaaaaakkkkkkkkkkkkk ....” Jerit histeris seorang Nabil.
The End ... Hihihi ....