Kepergian Ayah Nabi Muhammad SAW
Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Ia merupakan anak dari Abdul Muthalib yang berasal dari kabilah Bani Hasyim. Kakek Muhammad merupakan salah satu kepala suku Quraisy yang memiliki jabatan siqayah atau pengawas sumur zam-zam. Tugas siqayah adalah menyediakan air yang dibutuhkan oleh pengunjung Ka’bah.
Abdullah dikenal sebagai pemuda tampan dan bersih jiwanya. Ketika dewasa, Abdullah menikah dengan Aminah binti Wahhab yang berasal dari kabilah Bani Zuhrah. Baik dari garis keturunan ayah maupun ibunya, Muhammad merupakan keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Suatu hari, Abdullah mengikuti kafilah dagang ke Syam untuk membeli kurma di Yatsrib (sekarang bernama Madinah). Diperjalanan, ia jatuh sakit hingga akhirnya meninggal di usia 25 tahun. Jenazah Abdullah dimakamkan di kota Dar an-Nabighah, Yatsrib. Peristiwa itu terjadi setelah 3 bulan Abdullah menikah dengan Aminah yang ternyata sedang mengandung anak pertamanya.
Pasukan Gajah
Peristiwa pasukan gajah dipimpin oleh seorang penguasa di Yaman bernama Abrahah bin ash-Shabbah al-Habasyi. Kedatangannya yaitu berniat untuk menghacurkan Ka’bah, karena dia benci melihat kehadiran banyak orang yang beribadah ke Ka’bah. Abrahah mengirim 6.000 tentaranya menuju Mekah. Kejadian ini 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad. Pasukan dilengkapi peralatan perang dan pasukan gajah untuk meruntuhkan Ka’bah.
Kedatangan mereka membuat Mekah mencekam, sehingga penduduk pun mengungsi meninggalkan Mekah. Saat pasukan Abrahah menyerang Ka’bah, tanpa diduga datang burung-burung Ababil melempar  bebatuan yang terbakar dari neraka. Bebatuan tersebut menghancurkan dan membinasakan pasukan Abrahah. Peristiwa tersebut diabadikan Allah SWT dalam surat Al-Fill. Hal ini menyebabkan tahun kelahiran Nabi Muhammad disebut Tahun Gajah.