Mohon tunggu...
KOMENTAR
Analisis Pilihan

Perjuangan Guru di Pedalaman, Membawa Pembelajaran Digital Tanpa Internet

10 Januari 2025   13:20 Diperbarui: 10 Januari 2025   13:20 55 0
PERJUANGAN GURU DI PEDALAMAN: MEMBAWA PEMBELAJARAN DIGITAL TANPA INTERNET

 Di tengah pesatnya perkembangan Teknologi, pendidikan di daerah terpencil khususnya di Indonesia masih bergantung pada metode tradisional yang terbatas. Di sinilah perjuangan seorang guru SD di pedalaman Indonesia menjadi inspirasi. Dengan membawa pembelajaran digital tanpa adanya akses internet, guru tersebut menunjukkan semangat yang luar biasa untuk memberikan kesempatan yang sama bagi anak-anak di wilayah yang kurang berkembang dari segi pemerataan akses internet.Guru didaerah terpencil sering kali dihadapkan pada situasi yang serba terbatas. Ketiadaan jaringan internet, minimnya fasilitas di sekolah, serta jarak tempuh yang sulit, hal ini tidak membuat semangat para guru padam dalam memberikan pembelajaran yang terbaik untuk anak-anak didiknya.Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2023, hanya 48% wilayah Indonesia yang memiliki akses internet stabil. Ini menjadi tantangan besar bagi sekolah-sekolah di pedalaman yang ingin memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran, hal ini merupakan contoh kesenjangan digital yang nyata. Guru-guru di daerah seperti Papua, Kalimantan, atau NTT harus kreatif mencari cara agar siswa mereka tidak tertinggal zaman.
 Sabtu pagi, 7 Desember 2024, sekitar pukul 11.30 WIB, kami scroll-scroll berita di web Kompas com. Tak sengaja kami membaca sebuah berita yang menurut kami, sangat menginspirasi. Kami tertarik dengan isi berita itu, sehingga kami baca berulang-ulang berita tersebut.
Roni Hariyanto Bhidju merupakan salah satu guru di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T). Beliau mengajar di SDN Fatubai, Desa Oehalo, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain itu beliau berjuang membawa pembelajaran digital ke wilayah terpencil yang tidak memiliki akses internet dengan mencari metode alternatif agar teknologi tetap dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada dua cara yang ingin dilakukan beliau untuk mengembangkan dan mempublikasikan SDN Fatubai. Pertama, peningkatan kompetensi guru, kedua peningkatan kompetensi belajar siswa.
Beliau memanfaatkan teknologi secara kreatif dengan cara mengisi tabel dan laptopnya dengan  konten pembelajaran yang telah diunduh sebelumnya, yang setelah itu akan ditampilkan di proyektor. Sehingga, siswa tetap dapat belajar meskipun tanpa koneksi internet. Tak hanya itu, beliau juga mendesign media pembelajaran interaktif sendiri menggunakan aplikasi canva dan PowerPoint yang dapat diakses secara offline, membuat proses belajar lebih menarik dan efektif. Selain itu beliau berinovasi dengan memanfaatkan teknologi alternatif seperti zenius Prestasi Box, yang memungkinkan siswa dan guru mengakses ribuan materi pembelajaran tanpa internet.
 Dalam upayanya menciptakan pendidikan yang relevan, beliau juga berkolaborasi dengan komunitas lokal untuk mengembangkan konten pembelajaran yang selaras dengan kearifan lokal dan kurikulum. Dengan keterbatasan sumber daya, beliau memanfaatkan apa yang tersedia seperti Smartphone, untuk menciptakan pengalaman belajar yang kreatif dan inovatif, membuktikan bahwa pendidikan berkualitas dapat dijangkau oleh semua orang, termasuk anak-anak di daerah terpencil.  Disisi lain beliau juga memotivasi anak-anak didiknya agar tetap semangat meski dihadapkan pada keterbatasan.
      Seperti yang kita ketahui bahwasanya  kualitas pendidikan yang buruk nantinya juga bisa berdampak untuk masa depan anak-anak yang berada di daerah terpencil. Sudah menjadi rahasia umum juga, bahwasanya mayoritas pendidikan orang tua  di sana hanya sebatas lulusan SD dan bahkan banyak dari mereka yang tak pernah menganyam pendidikan dibangku sekolah, akhirnya banyak dari mereka hanya menjadi kuli bangunan dan buruh tani. Selain itu mereka juga beranggapan bahwa pendidikan merupakan hal yang tidak terlalu penting untuk diupayakan. Maka dari itu pemerintah juga perlu memberikan wawasan atau pengertian kepada para orang tua agar mendukung anak-anaknya bersekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Kami sangat mengapresiasi perjuangan guru didaerah terpencil yang menghadirkan pembelajaran digital meskipun tanpa akses internet. Ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berinovasi, melainkan tantangan yang memacu kreatifitas. Upaya guru tersebut sudah selayaknya menjadi inspirasi bagi kita semua, terutama dalam memajukan pendidikan yang merata. Melalui dedikasi dan kerja keras mereka, serta semangat yang tak pernah padam, pendidikan didaerah terpencil akan terus berkembang walaupun dengan segala keterbatasannya. Hal ini juga menjadi pengingat bahwasanya kolaborasi dari semua pihak sangatlah penting guna menciptakan solusi inovatif yang mendukung pemerataan pendidikan diseluruh penjuru negeri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun