Tiga tahun berjalan, perubahan positif dari sistem transportasi ala Trans Jogja ini adalah penambahan halte-halte sekaligus jalur di lokasi strategis, selain itu pada beberapa kesempatan saya sering melihat halte non permanen yang berfungsi untuk membantu kurangnya ruang tunggu di halte TransJogja. Namun yang sangat disesalkan, sekarang Trans Jogja tidak ubahnya sama dengan bis umum lainnya di Jogja yang suka ugal-ugalan di jalan. Sering saya dapati Trans Jogja bermanuver di jalan layaknya model bis umum Kopata yang mengejar setoran. Mari kita sebut bis ini dengan sebutan Trans Jogja rasa Kopata.
Tadinya saya beranggapan cerita buruk Trans Jogja sudah sampai penyebutan Trans Jogja rasa Kopata saja. Namun akhir-akhir ini saya dibuat terheran-heran dengan Trans Jogja, kok bisa bis umum yang seharusnya berkampanye untuk mengurangi kendaraan bermotor, utamanya sepeda motor, eh malah badan bisnya di cat dengan iklan sepeda motor honda. Kalau memang manajemen Trans Jogja berantakkan, monggo diundang ahli manajemen untuk memperbaikinya. Kalau memang marketing Trans Jogja amburadul, monggo diundang ahli marketing untuk memperbaikinya.
Sebagai mahasiswa yang sudah tinggal lama di Jogja, tentunya berharap Trans Jogja mampu berubah jauh lebih baik lagi. Sekarang kecenderungannya jalanan di Jogja sudah sering macet. Ayo TransJogja buat kami berpikir 7 kali untuk menggunakan kendaraan pribadi.(Reza)