Bunga ini biasanya digunakan untuk setiap upacara ritual Hindu di Bali. Misalnya, ritual pemujaan dewa dan dewi, upacara ngaben, dan juga berbagai tradisi sakral lainnya. Bagi masyarakat Bali, bunga kamboja berperan sebagai alat komunikasi dalam setiap upacara dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam agama Hindu, bunga kamboja memiliki dua peran penting. Yang pertama adalah sebagai simbol Dewa Siwa. Bunga diletakkan di ujung telapak tangan saat beribadah.
Kemudian, bunganya biasanya diselipkan di rambut atau telinga. Kedua, sebagai sarana shalat. Bunga digunakan untuk mengisi persembahan untuk Tuhan atau roh suci para leluhur.
Dari sekian banyak jenis bunga kamboja, Anda akan menemukan satu dengan kelopak putih dan semburat kuning di Bali. Sebab, dalam kepercayaan Hindu, kedua warna tersebut memiliki makna tersendiri. Warna putih melambangkan pemujaan Sang Hyang Widi sebagai Iswara dengan kekuatan Badjra yang memancarkan cahaya putih. Sedangkan warna kuning merupakan simbol pemujaan Sang Hyang Widi sebagai Mahadewa dengan kekuatan nagapasa yang memancarkan cahaya kuning.
Bunga kamboja merupakan simbol untuk menunjukkan kesucian hati saat menuju Sang Hyang Widi Wasa, leluhur, dan juga Rsi atau guru spiritual. Berdasarkan filosofi agama Hindu, pohon kamboja di Bali mekar pada saat sasih kapat, bulan purnama keempat. Periode ini diyakini oleh masyarakat Bali sebagai bulan yang baik. Bunga kamboja juga dianggap sebagai esensi dari alam yang membawa pencerahan dan kebaikan.
Jika Anda berkunjung ke pulau Bali, Anda akan menemukan sejumlah pohon kamboja di berbagai sudut kota. Terutama di kuil-kuil. Sambil menikmati keindahan alam Bali, Anda juga bisa melihat sejenak ke kanan kiri jalan untuk mengagumi keindahan bunga yang satu ini.