Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Siluet Aku dan Engkau

28 Agustus 2011   08:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:24 230 1
Assalamu'alaikum Cinta... Bagaimanakah kabarmu hari ini ? Semoga engkau tetap dalam limpahan Kasih Sayang-Nya yang tiada batas itu. Dan semoga perlindungan-Nya akan selalu menyelimutimu. Cinta... Aku merindukanmu. Tatapan rona indah matamu, berpijar bagai sunset di ujung cakrawala. Tak bisa aku hapus dari rinai anganku. Selalu deras membahasi reung-relung kerinduan. Cinta... Aku menunggumu. Disini, di tempat ini. Di masjid ini tempat kita pertama kali bertemu dan mengucap janji setia sampai akhir hayat. Di tempat ini, kental terasa ingatanku tentang ijab Kabul antara aku, keluargaku, engkau, dan keluargamu. Senang rasanya mengingat rasa itu. Ada aliran kesejukan menelusup halus dalam kalbu ketika terdengar sorak sorai "SAH". Ach... bahagianya saat itu. Kerling air matakupun jatuh membasahi pipi. Kebahagiaan menyelimuti. Cinta... Aku menyayangimu. Setiap hari setiap waktu. Wajahmu membayang. Siluet tergambar. Degub berdetak kencang. Memori membawaku pergi di ujung malam. Di sepertiga malam. Aku dan Kamu. Di dalam ruang. Tempat kita menikmati madu. Begitu senangnya hatiku. Atas halalnya dirimu, untukku. Menyentuhmu menjadi kebaikan bagiku. Melihatmu, menatapmu, hingga mengecup keningmu. Suara adzan berkumandang. Menggema, mengangkasa. Memecah kesunyian pagi itu. Burung-burung berkicau. Terbang kesana kemari. Beribadah. Mengepakkan sayapnya di atas angin-angin semilir. Aku menjadi imammu dan engkau dibelakangku. Saat itu pertama kali aku beribadah, sholat berjamaah bersamamu. Akupun tak bisa menahan tangis kegembiraanku. Dan sekali lagi, jatuh membasahi pipi. Ucap dzikir kulantunkan seusai mengimammimu. Munajat ku haturkan kepada Illahi Rabbi. Atas kenikmatan ini. Ku kecup keningmu untuk sekian kali. Ku dengar lantunan suara jernih dari lisanmu. Membaca ayat demi ayat firman-firman suci. Syukurku padamu Ya Rabb... Syukurku Padamu... Dan kemudian aku terbangun. Ketika aku sadar itu hanyalah sebuah mimpi. Illusi. Tersentak. Menangis. Menahan kerinduan. Menahan diri atas cinta. Menahan diri atas impian-impian yang entah kapan bisa aku raih. Cepat atau lambat, atau tidak sama sekali. Reynando. A. Z Sidoarjo, 28 Agustus 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun