Hasil akhir ini tentu membuat sejumlah pemain terpukul dan para suporter kecewa. Termasuk juga dengan pelatih Brunei, Mario Rivera yang masih belum bisa percaya bahwa timnya menjadi lumbung goal bagi timnas Indonesia.
Mario Rivera emosi dan mengkritik beberapa keputusan wasit yang menurutnya merugikan timnya. Karena ia menilai permainan anak asuhnya itu sudah cukup baik diawal-awal permainan dan mampu mengimbangi permainan dari Skuad Garuda.
Terbukti pada 20 menit awal pertandingan, para pemain timnas Indonesia cukup kesulitan untuk membongkar pertahanan Brunei. Shape bertahan dengan menggunakan formasi 4-4-2 yang sangat rapat itu cukup menyulitkan Egy dan kawan-kawan untuk mencetak goal.
Barulah kemudian petaka itu terjadi saat satu bek mereka yaitu Alinur Rashimy mendapatkan kartu kuning kedua karena melanggar Saddil Ramdani persis beberapa meter didepan kotak penalty. Yang artinya bek kanan Brunei itu harus rela meninggalkan lapangan.
Mario Rivera menilai adanya kartu merah itu membuat skema permainan menjadi rusak. Strategi dan taktik yang semula ia terapkan pada anak asuhnya itu menjadi berantakan.
Pelatih asal Spanyol itu bahkan menceritakan bagaimana terpukulnya para pemain timnas Brunei usai mendapat kekalahan yang cukup telak itu. Ia menyebut seluruh pemainnya bahkan sampai menangis diruang ganti karena cukup berat untuk menerima kekalahan yang menyakitkan itu.
"Sebelum kartu merah, kami bisa bersaing dengan Indonesia dan para pemain mampu menunjukan level permainan yang bagus. Setelah itu wasit merusak permainan, karena itu tidak pelanggaran." Ujarnya, pada saat memberikan keterangan pers usai laga.
Dan memang jelas terlihat usai salahsatu pemainnya mendapat kartu merah, skema permainan dan formasi bertahan dari timnas Brunei menjadi mudah ditembus dan dimanfa'atkan dengan baik oleh timnas Indonesia.
Timnas yang memiliki Asnawi disisi kanan dan Edo Febriansyah disisi kiri menjadi lebih leluasa mengeksploitasi sisi lebar lepangan. Akibatnya Shape bertahan Brunei menjadi renggang dan memudahkan para pemain Indonesia untuk menciptakan banyak peluang.
Hal itu juga yang dikatakan oleh komentator berbahasa Inggris dimana pemain Indonesia menurutnya sangat-sangat baik memanfa'atkan sisi lebar lapangan melalui Asnawi dan Yakob disini kanan dan Edo Febriansyah disisi kiri.
Terbukti beberapa goal Indonesia selalu diawali dari sisi kanan melalui Asnawi dan Yakob dan juga melalui Edo Febriansyah yang tampil cukup baik disisi kiri dan berhasil memberikan dua assist bagi keunggulan timnas Indonesia.
Mungkin jika sendainya satu pemain Brunei tidak mendapat kartu merah, mereka akan bisa lebih mampu menahan timnas Indonesia dan setidaknya tidak mendapat kekalahan yang begitu telak. Bahkan bisa jadi mampu mencetak goal ke gawang Indonesia jika parameternya adalah permainan mereka di 20 menit awal.
Terbukti berdasarkan statistik, mereka mampu menciptakan peluang dengan delapan tembakan ke arah gawang timnas Indonesia dan empat diantaranya adalah shot on target.
Artinya kemenangan Indonesia atas Brunei Darussalam belumlah bisa dikatakan sebagai performa terbaiknya. Tapi setidaknya mulai ada peningkatan permainan dari timnas kita setelah laga melawan Kamboja kemarin.
Tujuh goal merupakan hasil yang patut diapresiasi dan enam goal yang tercipta merupakan hasil kerjasama. Ini sudah cukup baik dan mulai ada peningkatan ke arah yang lebih positif dari timnas Indonesia.
Karena tentu perlu ada sebuah proses bagi tim untuk mencapai performa puncaknya. Sebagai contoh, hal itu juga bisa dilihat dari timnas Argentina pada gelaran piala dunia 2022 di Qatar beberapa waktu yang lalu.