Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Ah, Kuliah Itu Tidak Penting!

5 Maret 2021   07:37 Diperbarui: 5 Maret 2021   07:44 955 22
Hahaha, anda pasti terkejut dan penasaran mengklik tulisan ini karena melihat judul yang mungkin cukup membuat anda shock dan jantungan. Saya memang sengaja ingin menuliskan ini, saya sengaja ingin membuat anda marah, emosi, lalu menyiapkan argumen terhebat untuk mendebat tulisan ini. Silahkan dengan senang hati dan penuh keterbukaan saya terbuka dengan kritik, komplain, ataupun sanggahan di kolom komentar.

Namun kali ini anda harus memberi saya kesempatan untuk bersikap sombong, ya saya ingin menuliskan ini searogan-arogannya, sepuas-puasnya, tanpa ada yang perlu diperhalus, atau pun ditutup-tutupi. Semua yang saya tuliskan akan selalu sesuai dengan fakta dan realita dilapangan yang saya temukan.

Saya akan memulai tulisan ini dengan sebuah cerita. Cerita tentang perjalanan hidup saya sendiri.

Sebenarnya, sudah sejak lama saya memimpikan ingin kuliah, bahkan saya pernah tidak sadar kalau saya sebetulnya cukup berbakat dan berpotensi menjadi seorang akademisi.

Saya senang berpikir, merenung dan penasaran dengan segala sesuatu. Saya selalu antusias mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan.

Pertanyaan itu kadang masuk akal, kadang tidak masuk akal, kadang aneh dan kadang mustahil. Namun saya selalu memiliki banyak pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu hal bisa ada atau terjadi.

Bukan hanya bertanya-tanya tentang suatu hal yang bisa dilihat oleh mata, tapi saya juga sering bertanya-tanya tentang sesuatu yang abstrak. Misalnya bagaimana proses jatuh cinta? Atau apa itu firasat atau intuisi?

Lalu mengapa hingga sampai sekarang saya tidak kunjung kuliah? Jawaban tercepatnya adalah karena tidak punya biaya. Saya pikir ini adalah kendala umum yang hampir banyak dialami oleh banyak orang. Dan saya memang tidak sedang beralasan. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang memadai dan kemampuan finansial saya yang sejak dulu kurang mempuni, akhirnya membuat saya tidak pernah berkuliah. Sedih ya?

Tapi meski saya tidak pernah mengenyam bangku perkuliahan, saya berani bertarung kemampuan berpikir, berfilsafat dan berlogika dengan mereka yang berkuliah, dengan catatan masih satu angkatan, seumuran atau masih sebaya dengan saya.

Atau enggak usah jauh-jauh, tidak perlu tarung kemampuan berlogika, kita tarung nulis aja deh. Nulis artikel ringan seperti ini saja, tidak usah yang berat-berat.

Kenapa saya sampai sesumbar seperti ini, seolah-olah saya lebih mampu dan meremehkan mereka yang berkuliah? Karena buktinya, masih banyak dari mereka yang meskipun berkuliah dan bergumul di kampus, tetap saja tidak meningkatkan kemampuan berpikir atau berliterasi mereka.

Contoh kecilnya, seperti apa yang sekarang terjadi ditempat kerja saya. Sebagai orang yang kerja di industri media, khususnya radio, tentu saja kita harus memiliki wawasan yang luas, bisa berbahasa verbal dengan baik dan melek literasi. Karena setiap kali kita bersiaran, yang disampaikan adalah informasi.

Singkatnya, selain harus memiliki wawasan yang luas, seorang penyiar radio juga harus punya kemampuan jurnalistik. Dan yang paling penting mampu bercerita atau storytelling.

Agar kita memiliki wawasan yang luas dan pandai bercerita, tentu saja kita harus sering-sering membaca dan membaca. Memperluas kosakata dan meningkatkan keluwesan kita dalam bertutur secara verbal.

Beruntung sejak dulu saya sudah doyan dan sering membaca. Membaca apa pun yang menarik perhatian saya. Jadi, meski tanpa ditunjang oleh pendidikan formal, meski saya tidak kuliah, tapi saya mampu menulis jurnal, saya mampu menulis artikel, saya mampu membuat berita ditempat kerja saya ini.

Anda mungkin akan menuduh saya sombong, jumawa atau bahkan arogan, ya saya mengerti dan bisa menerima itu, tapi yang saya tuliskan ini juga merupakan fakta dan realita yang saya temukan dilapangan. Bukan sebuah ajang untuk pamer kemampuan diri.

Saya tidak sedang mengeneralisir ya, karena banyak juga dari mereka yang berkuliah justru otaknya semakin berkembang, wawasannya semakin luas, kemampuan berpikirnya semakin tajam.

Tapi mari kita persempit temuan saya ini berdasarkan apa yang saya amati di lingkungan kerja saya saja. Ternyata kuliah tidak menjamin skill dan kompetensi. Dimana seharusnya seorang mahasiswa atau mahasiswi memiliki kemampuan literasi tingkat tinggi dan wawasan seluas samudera, ternyata masih tetap nihil. Masih tetap miskin literasi, hanya bisa nongkrong haha hihi dan tak punya kualitas yang mempuni.

Inilah yang saya maksud kuliah itu tidak penting.

Ya, kuliah itu tidak penting kalau hanya untuk sekadar gaya-gayaan. Kuliah itu tidak penting kalau hanya sekadar mencari gelar. Kuliah itu tidak penting kalau hanya ikut-ikutan.

Tapi, kuliah itu menjadi penting kalau selama kuliah terus dipergunakan untuk belajar dan memperluas wawasan. Kuliah itu menjadi penting, kalau selama kuliah dipergunakan untuk bergaul dan menambah relasi. Kuliah itu menjadi penting, kalau selama kuliah terus digunakan untuk mengeksplorasi dan meningkatkan kemampuan literasi.

Jadi, kemampuan berpikir, skill, kompetensi, kecerdasan, keluwesan berlogika, kepandaian berargumen, itu tidak ditentukan dimana dan seberapa lama kuliahnya, tapi semua itu ditentukan oleh kemauan dan kengototan untuk terus belajar, membaca, bereksperimen, meneliti, mengeksplorasi apa yang ada disemesta ini.

Jangan sampai kuliah, tapi masih miskin literasi, nihil wawasan, kosong, tak berisi, karena semua itu hanya dijadikan sebagai ajang untuk menaikan gengsi dan harga diri. Kalau gitu sih lebih baik drop outĀ aja, sayang sama biaya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun