Siapa yang dapat menyangkal jika kalimantan ini adalah tempat tumbuh kembangnya berbagai macam buah, mulai buah yang sudah familiar sampai buah yang sekalipun tak pernah tersentuh olehku, hal inilah yang akhirnya membuat perasaan ingin tahu bergejolak sehingga memaksaku melihat langsung ke lapangan untuk memnyaksikan tumbuhnya buah-buahan kalimantan secara langsung, akhirnya akupun menginisiasi beberapa teman untuk melakukan ekspedisi buah kalimantan, kali ini sasarannya pedalaman Hayaping, Barito Timur (Bartim), Kalimantan Tengah (Kalteng).
dari perjalanan yang dikomandoi penduduk lokal kamipun mulai menerjang hutan belantara, ini memang perjalanan berat tetapi rasa ingin tahu yang teramat besar membuat semuanya sirna, beberapa jam berjalan menerobos hutan, kami mengalami sedikit kendala, pasalnya sebagian perbekalan yang kami siapkan sebelumnya lenyap entah ketinggalan entah diembat monyet usil, alhasil pasukan jadi kelaparan dan memutuskan untuk kembali ke kampung terdekat cari makanan, beberapa saat sempat terjadi selisih pendapat mengenai jalan yang akan ditempuh, satu pihak menginginkan jalan tempuh memutar satu pihak lagi menginginkan jalan pintas, karena kita hanya bertiga otomatis suara konyol dan buta akan jalur yang datang dariku sangat menentukan keputusan, jelas saja ku pilih jalur terpendek, alasannya biar bisa cepat-cepat nyetok lagi isi perut.
Perjalananpun berlanjut, sambil menebas-nebaskan Mandau (Semacam parang, red) membuka jalan, pasukan kecil bergerak perlahan, dasar nasib baik belum berpihak, medan yang harus ditempuh tidak sesuai dengan bayanganku sebelumnya, pengennya lintasan terpendek, yang ditemukan malah medan berair sampai setinggi pinggang, kalau cuma lintah tidak terlalu masalah buatku, yang aku takutkan mengusik biawak lagi bobo manis, atau ular yang menunggu mangsa kalau sampe digigit bisa kacau nih acara, apalagi tidak satupun yang membawa kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
Setelah beberapa Kilo nasib baik baru nyamperin, ketika sampai di pinggir sungai, kami diperlihatkan pemandangan yang selama ini ku cari, terlihat banyak pohon buah-buahan disitu, mulai buah duren, langsat, manggis dan beberapa yang tak ku kenal sebelumnya, agak ragu juga sebenarnya mengingat bentuk buah-buahan hutan sedikit berbeda dengan yang biasa aku lihat di kota, seperti duren duri-durinya lebih panjang, ada lagi yang berwarna kemerahan durinya agak lemes seperti rambutan tapi gedenya seperti duren.
Tapi namanya orang kelaparan, mana mau berpikir panjang, setelah ngembat beberapa buah duren, aku embat juga yang seperti duku tapi bentuknya lebih gede, lumayan enak manis-manis asem, sampai ada teman yang ngomentarin, “Lapar apa doyan?” belum usai acara ngembat perut mendadak mules, untung dekat sungai sehingga tak begitu kesulitan nguras isi perut yang lagi ngamuk tersebut.
Sehabis nguras perut, gantian ngeembat manggis yang warnanya sama seprti manggis umumnya cuma bentuknya lebih kecil, “Cobain dikit aja, ngga masalah lah,” pikirku saat itu, tapi dasar doyan akhirnya saya sikat beberapa tangkai.
Seuasai perjamuan buah hutan, pasukan jalan lagi sampai kampung terdekat, begitu masuk warung, langsung saja segala dipesan, karena aku orangnya Jawa banget, makan ketupat segede bantal tetapi belum kemasukan nasi, tetap saja terasa belum makan, apalagi hanya makan b