Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Surat Terbuka kepada Panglima Tertinggi TNI

15 Mei 2021   09:35 Diperbarui: 15 Mei 2021   09:45 540 3
Surat Terbuka

Kepada bapak Joko Widodo,
Panglima Tertinggi TNI
Di
Istana Negara

Salom bapak Panglima Tertinggi TNI yang saya hormati; banggakan, dan kasihi dengan kasih Yesus Kristus.

Mungkin ada beberapa surat terbuka yang telah dikirimkan kepada bapak selaku Presiden RI oleh beberapa anak bangsa yang sangat mencintai NKRI ini.

Tetapi kali ini saya menulis surat terbuka ini bukan kepada Presiden melainkan kepada bapak selaku Panglima Tertinggi TNI yang saya hormati sebagai penjaga utama keamanan dan pertahanan di seantero wilayah NKRI yang kita cintai bersama.

Masih segar dalam ingatan kita kebiadaban teroris jahanam yang membantai secara sadis satu keluarga warga negara Indonesia; Yasa, Pinu, Naka, dan Pedi di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada bulan November 2020.

Kini terjadi kembali di Desa Kalimago, Kecamatan Lore Utara atau Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Senin, 10 Mei 2021 sekitar pukul 08.25 WITA.

Teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, membantai empat orang secara sadis tak berperikemanusiaan, biadab, laknat, dan perbuatan iblis dengan memakai nama Allah.

Para teroris memenggal kepala Papa Dewi dan Nenek Ubad yang bekerja sebagai petani di desa Kalimago.

Ini tragedi nasional yang amat memilukan dan memalukan wajah bangsa kita, terutama memermalukan aparat keamanan yang ditugaskan negara yang tidak pernah berhasil menangkap hanya belasan teroris MIT Poso ini.

Harusnya Panglima Tertinggi TNI menyadari tragedi ini sebagai noda dosa bangsa yang harus dibersihkan dengan tuntas.

Dan bagi saya, ini menyangkut harga diri dan martabat Panglima Tertinggi TNI yang tupoksinya ialah melindungi dan menjaga keselamatan seluruh rakyat Indonesia dari segala bentuk ancaman dan pembunuhan.

Umat Kristen Indonesia sudah berkali-kali dan bertahun-tahun lamanya selalu jadi sasaran pembunuhan oleh teroris, dan sepertinya negara tidak hadir di saat-saat pilu itu.

Saya berterima kasih kepada bapak Panglima Tertinggi yang telah memerintahkan aparat bersenjata untuk menyelesaikan kebiadaban teroris yang tiada taranya ini. Semoga tragedi kemanusiaan kali ini yang terakhir di NKRI.

Namun sejujurnya, saya merasa kuatir kalau bapak nantinya malu bahkan dipermalukan oleh rakyat Indonesia karena bapak sebagai presiden berhasil membangun infrastruktur di seluruh Indonesia, namun sebagai panglima tertinggi TNI, bapak tidak berhasil menangkap hidup atau mati belasan teroris biadab yang merusak kemanusiaan manusia Indonesia.

Bapak Panglima tertinggi yang saya banggakan, ingatlah darah empat martir yang dulu di desa Lembantongoa pada bulan November 2020 dan empat martir sekarang tahun 2021 di desa Kalimago telah mengalir deras. Darah mereka masih terus-menerus berseru-seru dari liang kubur meminta keadilan negara dan meminta bapak sebagai panglima tertinggi di republik ini untuk bertindak menyelesaikan para pembunuh bajingan tersebut. Bahkan menangkap para bandar kaya yang mendanai para teroris ini.

Bapak jangan hanya mengutuk negara lain yang dituduh sebagai teroris seperti Israel yang belum tentu kebenarannya. Harus benar-benar belajar apa sejatinya yang terjadi di Israel terhadap agama tertentu di sana supaya tidak bias dan memrovokasi rakyat latah mengutuk Israel. Coba bapak renungkan dan pelajari apa yang disampaikan oleh seorang pengamat militer Conny Rahakundini dan Almarhum Gus Dur yang dulu membuka wacana supaya Indonesia perlu membuka hubungan diplomatik dengan Israel (https://youtu.be/QnGYm5E5mT0 , https://www.tagar.id/menelaah-pesan-gus-dur-soal-hubungan-diplomatik-dengan-israel).

Teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Sulawesi Tengah, di kampung halaman saya ini, kalau tidak salah sudah eksis kurang lebih sejak tahun 1999. Dan mereka juga terlibat dalam kerusuhan di Ambon. Saat ini MIT dipimpin oleh Ali Kalora.

Rakyat yang cinta damai bertanya-tanya, "Teroris yang jumlahnya tak banyak ini, hanya belasan orang yang tinggal di dalam hutan, apakah memang tak bisa diselesaikan oleh prajurit-prajurit tempur kita yang begitu handal terkenal sampai ke luar negeri, apalagi negara punya "pasukan setan" yang barusan dikirim ke Papua untuk menumpas teroris di sana?

Rakyat jadi bertanya-tanya, "Apakah Satgas Tinombala dan satgas Madago Raya sudah begitu lelah dan frustrasinya tak berdaya sehingga tidak mnampu atasi teroris MIT ini?"

"Apakah perlu dibuat Undang-Undang yang baru tentang Keamanan Nasional supaya TNI saja yang mengurusi terorisme, radikalisme, dan intoleransisme, sementara Polri dipercayakan tugas berat lainnya yang tak kalah mulianya untuk mengurusi serbaneka masalah keamanan dan ketertiban masyarakat Indonesia?"

Rakyat bertanya-tanya pula, "Apakah ada pihak bandar tertentu yang mendapatkan keuntungan ekonomis dan politis dari eksistensi terorisme, radikalisme, dan intoleransisme yang dipelihara oleh para dalang yang tidak kalah biadabnya ini?"

Saya kuatir, sebagai Panglima Tertinggi, apakah bapak nanti tidak akan merasa bersalah bila kelak orang-orang desa yang jadi korban pembantaian itu, lalu kemudian mencari solusinya sendiri untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari kebiadaban para teroris dengan cara membentuk milisi bersenjata untuk memerangi para teroris biadab itu?

Rakyat desa yang terus-menerus dibiarkan kepalanya dipenggal oleh teroris bukan mustahil akan memutar otak atau diputar otaknya oleh para kontra teroris supaya memersenjatai diri dan keluarganya.

Kalau ini terjadi Indonesia niscaya di ambang kolaps dan bangkrut karena perang saudara tidak akan pernah sirna. Indonesia akan jadi puing-puing yang penuh onggokan sampah busuk tak berguna. Siapa yang untung dan buntung?

Bukankah setiap warga negara memiliki tanggung jawab dan kehormatan untuk ikut dalam upaya mewujudkan pertahanan dan keamanan NKRI?

Saya juga kuatir apakah bapak sebagai Panglima Tertinggi nantinya tidak akan merasa bersalah bila kelak ada negara asing melalui agen~agen rahasianya datang membujuk mereka yang teraniaya untuk memberikan dukungan senjata dan dana besar bukan cuma melawan teroris sebagai pembela diri, tetapi nanti akan bermetamorfosis menjadi sekutu asing memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI yang kita cintai ini?

Ingat, orang dizolimi akan mencari perlindungan. Bila negaranya tidak mau dan tidak mampu melindunginya, boleh jadi mereka cari perlindungan dari negara lain!

Bapak Jokowi, Panglima Tertinggi TNI yang saya hormati dan kasihi, delapan martir yang dibantai itu bukan orang Kristen di Indonesia. Tetapi mereka adalah orang Indonesia yang beragama Kristen yang tinggal dan hidup di Poso, Sulawesi Tengah, yang juga berjuang membangun NKRI ini.

Karena itu saya memohon dengan sangat supaya delapan martir itu dimakamkan di taman makam pahlawan di Poso karena mereka sudah berjasa dalam berperang melawan terorisme kaum beragama yang tak berTuhan, perusak NKRI.

Penghargaan ini supaya para teroris tahu setiap leher yang mereka penggal adalah pahlawan bangsa. Mereka adalah kaum pengecut dan penakut serta manusia minder tingkat dewa.

Dan supaya para teroris pecundang dan bandar yang sama jahanamnya itu tahu bahwa setiap darah yang mengucur dari tubuh para martir yang mereka bantai dan penggal adalah darah kesuburan perdamaian dan persatuan bagi tanah tumpah darah Indonesia.

Kematian delapan martir ini harus dirayakan sebagai momentum kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Khususnya delapan martir Kristen ini akan bersama Yesus naik ke surga menikmati indahnya damai sejahtera abadi.

Bapak panglima tertinggi, saya bermohon, tolong delapan keluarga korban pembantaian sadis teroris itu supaya diberikan biaya untuk melanjutkan kehidupan mereka selanjutnya sebab mereka telah kehilangan selama-lamanya tiang penopang pencari nafkah dalam keluarga mereka.

Delapan pahlawan itu dan kami orang Indonesia yang beragama Kristen memunyai hak dan kewajiban yang sama dan setara dengan orang Indonesia lainnya yang beragama Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Katolik, dan aliran kepercayaan.

Kami diperintahkan oleh Tuhan kami Yesus Kristus supaya mendoakan dan mengusahakan kesejahteraan bangsa di mana kami berada, Yeremia 29:7.

Kami juga diminta untuk meneladani Tuhan kami Yesus Kristus untuk proaktif berkarya bagi bangsa ini untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang, Lukas 4:18-19.

Itu semua tupoksi kami selama hidup di dunia ini selaku orang Indonesia yang beragama Kristen. Dan saya percaya orang Indonesia lainnya yang beragama nonKristen punya tupoksi peduli membangun rumah besar Indonesia ini.

Jika tidak, saya yakin kita tidak mungkin lagi bisa bernyanyi lagu: "Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia...." Indonesia bisa pecah sewaktu-waktu! Mari kita perkuat soliditas nasionalisme kita jika tak ingin kapal Indonesia pecah di samudera dunia ini.

Akhirnya saya rindu memberitahukan beberapa hal penting kepada bapak Panglima tertinggi TNI yang saya kagumi dan hormati.

Bahwa sesuai iman Kristiani kami, kami adalah orang Indonesia yang beragama Kristen akan selalu patuh dan taat pada pemerintahan yang sah apalagi yang sungguh-sungguh bekerja demi kesejahteraan rakyat.

Kami buktikan itu dengan ketaatan kami selama ini membayar pajak dan taat hukum yang berlaku demi mendatangkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dari Pulau Rote hingga Pulau Miangas.

Panglima Tertinggi TNI yang saya hormati. Pemerintah adalah wakil Allah di bumi ini. Pemerintah adalah hamba Allah di bumi ini.

Karena itu negara jangan pernah ragu-ragu apalagi takut untuk menindak dan menghukum siapa pun yang misinya suka membantai manusia Indonesia dengan sangat keji tak berperikemanusiaan.

Jika negara penakut, akibatnya bisa terjadi pembangkangan sipil yang membuat Indonesia hancur jadi abu dan hangus jadi arang. Negara akan diolok-olok oleh rakyatnya sendiri. Jangan sampai kita jadi negara gagal.

Alutsista atau senjata yang dipercayakan Allah kepada negara harus dipergunakan secara berani dan tegas serta adil demi menjaga keselamatan seluruh Warga Negara Indonesia apa pun suku dan agamanya.

Bukankah "Salus Populi Suprema Lex Esto (keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi) yang wajib dilaksanakan oleh negara?

Inilah iman kristiani kami dalam hal bernegara dan berpemerintahan,
"Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat", Roma 13:1-7.

Dalam deraian air mata, saya turut berduka sedalam-dalamnya bersama keluarga yang ditinggalkan. Yasa, Pinu, Naka, dan Pedi korban pada bulan Novemver 2020 serta Marten Solo, Nenek Uban (Simson Susah), papa Dewi, dan Lukas Lese, Saudara-saudaraku seiman selamat menikmati kebahagiaan kekal bersama Tuhan Yesus di surga. Sekali waktu kita akan reuni akbar di Rumah Bapa (1Tesalonika 4:13-18).

Akhir kata, saya mendoakan Panglima Tertinggi RI, bapak Jokowi, kiranya bapak selalu disertai dan diberkati oleh Yesus Kristus Sang Penguasa surga dan bumi (Matius 28:18) dan yang terkemuka di dunia dan di akhirat (QS Ali Imran 45). Amin!

Salam kasih teriring doa;

Padri Hans,
Yang berduka di suasana Hari Raya Idul Fitri 1442 H bersamaan dengan Hari Raya Kenaikkan Tuhan Yesus ke surga, Kamis, 13 Mei 2021!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun