Pengantar
Buku Patriotisme & Dinamika Resimen Kampus yang saya tulis dan terbit pada tahun 2012 lalu adalah awal persahabatan saya dengan Ir Edy Purwo Santosa dimana dia merupakan salah satu pembaca pertama. Kesatuan saya Men MahawarmanYon II/Unpad Bandung; sementara Mas Edy masuk sebagai anggota Menwa Mahasurya Jawa Timur melalui Diklatsar XXX/1988 di Rinifdam V/Brawijaya, mengikuti Suskalak VII/1990 di Rindam V/Brawijaya, dan pernah menjabat Dansat Menwa 812/ Universitas Muhammadiyah Malang (1990-1992).
Berikut ini, setelah melalui proses pengeditan redaksional dengan tetap menjaga keutuhan pokok pemikiran penulisnya, adalah catatan Mas Edy tentang situasi-kondisi yang membidani lahirnya angkatan perintis Menwa Mahasurya yang bersumber pada dokumen-dokumen sejarah Menwa Mahasurya.
Sekelumit Sejarah Lahirnya Resimen Mahasurya Jawa Timur
Edy Purwo Santosa *)
Situasi di Jawa Timur selama berlangsungnya pemberontakan DI/TII di masa penegakan kedaulatan RI memang tidak segawat Jawa Barat atau daerah lain; namun pasukan Kodam V/Brawijaya dan para sukarelawan asal Jawa Timur, termasuk para pemuda/mahasiswa, juga dikirim ke zona konflik untuk ikut berpartisipasi dalam memulihkan kondisi keamanan di Tanah Air ini.
Selanjutnya saat Pemerintah memaklumatkan perebutan kembali Irian Barat dari genggaman pasukan kolonial di awal tahun 1960-an, semangat kebangsaan para pemuda-mahasiswa pun berkobar kembali hingga mereka terdorong untuk mendaftarkan diri sebagai sukarelawan pendukung operasi Trikora. Hal tersebut direspon oleh Pemerintah dengan diterbitkannya SK MenKamNas no. MI/B/00370/1961 yang ditindaklanjuti dengan menyelenggarakan olah latih ketangkasan prajurit dalam format Wajib Latih (WALA) bagi Mahasiswa. Di Jawa Timur, latihan keprajuritan khusus perguruan tinggi negeri dilaksanakan pada tahun 1962 untuk Universitas Airlangga (Unair) dengan tempat latihan di kampus dan Rindam VIII/Brawijaya.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 1963, WALA diberlakukan bagi setiap mahasiswa yang memenuhi syarat untuk mengikuti latihan kemiliteran dan Pemerintah menginstruksikan untuk membentuk Resimen Mahasiswa (Menwa) sebagai realisasi dari Peraturan Pemerintah tentang Cadangan Nasional, UU Mobilisasi Umum, dan SKB Wakil Menteri Pertama bidang Hankam (Wampa Hankam) dan Menteri Pendidikan Tinggi Ilmu Pengetahuan (Men PTIP).
Lahirnya Menwa Mahasurya
Sementara itu situasi tidak kondusif berkembang dalam kehidupan kampus di Jawa Timur, khususnya Surabaya, akibat terjadinya perebutan pengaruh antar organisasi ekstra kurikuler di kampus-kampus paska kembalinya Irian Barat ke pangkuan NKRI. Dewan Mahasiswa (Dema) Unair memprakarsai terbentuknya Presidium Mahasiswa Jawa Timur dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan di kalangan mahasiswa. Drs.Ec. Ben L Ticoallu, ketua Dema Unair saat itu, ditunjuk sebagai Ketua Presidium.
Selanjutnya berdasarkan radiogram Menko Hankam/KASAB, Jend TNI Abdul Haris Nasution, nomor AB/3046/1964 tanggal 21 April 1964, Presidium Mahasiswa Jawa Timur mengadakan rapat yang salah satu hasilnya adalah pembentukan Panitia Tujuh. Kepanitiaan itu beranggotakan Drs Ben L Ticoallu, R Djoko Soemadijo, SH; Rasjid Soekemi, SH; RMT Chaery, AH Soehermanto, Narjono, dan Achmad, SH.
Adapun tugas Panitia Tujuh antara lain :
-Mempersiapkan pembentukan Menwa Jawa Timur beserta namanya
-Merancang emblem, baret, dan badge Menwa Jawa Timur
-Merancang motto perjuangan Menwa Jawa Timur
Rapat-rapat Panitia Tujuh dilakukan di Akademi Angkatan Laut (AAL) yang berlokasi di Moro Krembangan Surabaya sesuai saran Pangdam VIII/Brawijaya, Mayjen TNI Basuki Rachmat, untuk menghindari infiltrasi unsur-unsur Partai Komunis Indonesia (PKI) dan anak organisasinya Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang berupaya dengan segala cara untuk dapat ikut serta dalam rapat Panitia Tujuh. Hasil rapat adalah terpilihnya nama ‘Mahasurya’ untuk Menwa Jawa Timur dengan motto ‘Pejuang Pemikir, Pemikir Pejuang’ dan badge sebagaimana terlihat dalam foto di atas.
Langkah berikutnya yang dilakukan Panitia Tujuh adalah melaporkan hasil rapat kepada para rektor dan Muspida Tingkat I Jawa Timur untuk memperoleh arahan dalam pembentukan Menwa di Jawa Timur yang akhirnya mereka direkomendasikan untuk melibatkan pejabat dan lembaga fungsional dalam prosesnya melalui AAL. Rapat-rapat selanjutnya diarahkan pada persiapan peresmian berdirinya institusi Menwa di Jawa Timur. Pada tanggal 1 Juni 1964 digelar upacara besar dengan peserta para mahasiswa anggota WALA dihadiri oleh unsur Pemda Tingkat I Jawa Timur dan pimpinan perguruan-perguruan tinggi untuk meresmikan lahirnya Komando Menwa Mahasurya dengan Komandan Menwa (Danmenwa) pertama Drs Ben L Ticoallu yang sekaligus menjadi komandan upacara tersebut.
Tanggal 12 Januari 1965 timbul kudeta oleh CGMI terhadap Komando Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur, dengan membentuk barisan baru yang mereka sebut sebagai Brigade Mahabaya, yang anggotanya terdiri atas anggota CGMI Surabaya, namun kudeta tersebut gagal. Pimpinan Mahasurya pun segera menghadap Menko Hankam/KASAB Jenderal TNI A.H. Nasution untuk berkonsultasi mengenai hal itu. Hasilnya, pada kunjungan Men PTIP, seusai peresmian IKIP Surabaya, diadakan pertemuan antara Men PTIP, Gubernur AAL. Dandim Surabaya serta Dan Menwa Mahasurya. Pertemuan itu membuahkan keputusan bahwa anggota Menwa Mahasurya akan dilatih sepenuhnya oleh AAL secara bergelombang.
Dinamika Kaderisasi
Pada Februari 1965 digelar diklatsar yang disebut LKP (Latihan Kemiliteran Pertama) dalam dua gelombang diikuti sekitar 4.500 (empat ribu lima ratus) orang siswa, termasuk dari Menwa Mahameru Malang. Pendidikan Menwa selanjutnya dinamai Surya Yudha. Tahun 1966 kegiatan ini dilangsungkan kembali sebelum akhirnya turun Surat Perintah (Sprint) Pangdam V/Brawijaya No. 58/9/66, tanggal 16 September 1966 yang menyatakan semua kegiatan Menwa yang bersifat fisik kemiliteran diberhentikan untuk sementara.
Perkembangan selanjutnya Tahun 1970 berdasarkan Sprint Gubernur Jatim, selaku Kamada Hansip/Wanra XI Jatim No. Prin-53/Mada/XII/70, tanggal 3 Desember 1970, Men Mahasurya Jatim di-B/P-kan (Bawah Perintah) kepada Korem 084/Baskara Jaya Surabaya. Tiga tahun kemudian Pem-B/P-an dikembalikan pada Gubernur dan di tahun yang sama, digelar diklatsar Menwa satu kali. Tanggal 17 Desember 1977, Sprint Pangdam tersebut di atas dicabut dan Surya Yudha diselenggarakan secara rutin sampai sekarang.
*)Edy Purwo Santosa, anggota Satgas Menwa Timtim X/1991, penerima anugerah Satya Lencana Seroja 5, sekarang mengabdikan diri sebagai Kasi Pemasaran Hasil Pertanian/Dinas Pertanian Kab Tulungagung-Jatim.