Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Mantra Ajaib Pengantar Kader Prematur HMI Mengabdi di Tanah Kalimantan Barat

15 Januari 2024   03:38 Diperbarui: 15 Januari 2024   05:13 269 1
Persiapan KKN

"Man Saaro 'Ala Dharbi Wasola (yakin usaha sampai)"

Mantra ajaib yang selalu saya pegang sebagai ajaran kehidupan dari
seorang kyai menjadikan saya yakin bahwa saya mampu menggapai mimpi-mimpi saya.
Mimpi ini didasari oleh keinginan saya sendiri yang ingin berkeliling
Indonesia. Rasanya belum puas jika hanya mendengar cerita orang tentang
keindahan Indonesia. Maka saya bertekad dan berkeinginan kuat untuk mengikuti
KKN Kebangsaan ini sebagai salah satu bentuk perwujudan mimpi saya. Saya sadar
akan kemampuan financial saya dan orang tua saya jika saya harus mewujudkan
mimpi ini. Oleh karena itu, saya sangat menunggu dan menyambut gembira semester
enam ini karena ada satu kesempatan yang tidak boleh saya sia-siakan, yaitu KKN
Kebangsaan.

Ada cerita lucu sekaligus mengharukan sebetulnya dibalik keinginan dan
cita-cita saya untuk keliling Indonesia dan mengikuti KKN Kebangsaan ini.
Pernah suatu ketika tepatnya di semester lima, saya berfikir untuk mengubur
cita-cita saya sendiri karena alasan finansial. Selain itu, saya selalu
mendengar cerita dari kakak-kakak tingkat bahwa KKN adalah kegiatan yang paling
banyak menghabiskan uang. Saya dengan teman angkatan saya di warung kopi
berdiskusi tipis-tipis tentang KKN di Semester enam nanti. Mulai dari cinlok
(Cinta lokasi) itu keniscayaan sampai ke biaya-biaya yang banyak menguras
kantong. Dari situ saya dengan Pede nya berbicara "Gua bakal KKN Gratis
dan melihat pesona Indonesia selain di pulau jawa", itu saya katakan sambil
tertawa. Waktu itu, hanya satu teman saya merespon, namanya Afiyah Yumna
Nurdhuha. Dia bilang "Gua ikut ya". Sebetulnya saya tidak yakin dia betul-betul
berniat untuk mengikuti seleksi KKN Kebangsaan ini. Akan tetapi saya merasa
senang juga ketika ada teman yang ingin ikut KKN Kebangsaan meskipun waktu itu
saya tidak tahu alasan dan motivasi dia untuk mengikuti KKN Kebangsaan ini. Pada
akhirnya kami mencari informasi bersama terkait KKN Kebangsaan ini. Melihat
antusias teman saya menjadikan saya semakin bersemangat karena saya takut kalau
saya tidak lolos sedangkan dia bisa. Saya pikir ini bisa menjadi salah satu
motivasi tambahan untuk bisa bersaing sehat mendapatkan kursi sebagai delegasi
UIN Jakarta di KKN Kebangsaan 2023.  

Pada waktu itu kami mencari informasi berdua. Meskipun kami saling
berlomba dan bersaing untuk mendapatkan kursi delegasi tapi kami saling
membantu dalam mencari informasi. Dan pada akhirnya tepat di akhir bulan Mei
berita gembira telah sampai kepada saya bahwa saya dinyatakan lolos sebagai
delegasi KKN Kebangsaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama delapan teman
lainnya. Disitu saya berkata "Yakin Usaha Sampai".

Saya sangat senang dengan kabar gembira ini, dimana setelah melewati
beberapa proses mulai dari mempersiapkan CV terbaik, essay terbaik dan
persiapan wawancara yang matang saya bisa menuai hasil yang memuaskan. Mantra
ajaib itu sungguh berpengaruh terhadap pencapai saya kali ini. Dengan fokus dan
usaha yang sungguh-sungguh saya bisa memetakan satu persatu cita-cita saya.
Terima kasih Pak kyai, terima kasih untuk HMI.

Kedatangan

Al Mudassir: 1-7

Tepat pada 1 Muharram di tahun 1445 H. Saya kira ini bukan hanya sebuah
kebetulan belaka. Entah saya yang terlalu filosofis atau memang gelitik hati
(firasat) yang mengatakan bahwa 1 Muharram sebagai awal tahun bulan islam yang
di dalamnya terdapat banyak peristiwa sejarah islam yang mengandung banyak
pembelajaran. Disini saya hanya berfikir bahwa ini pertanda baik. Melihat sejarah
bahwa penanggalan 1 Muharram ditetapkan oleh khalifah Umar Bin Khattab sebagai
penanggalan pertama untuk kalender islam terhitung sejak hijrahnya nabi ke
Madinah.

Peristiwa hijrahnya nabi ke Madinah tidak serta merta mengisahkan sebuah
perjalanan nabi dari Mekah ke Madinah. Namun di balik itu semua ada perjuangan
selama 23 tahun memperjuangkan islam namun respon Mekah yang kurang baik
terhadap kehadiran islam. Hijrahnya nabi ke Madinah merupakan perintah Allah
SWT yang dimana Allah SWT telah mempersiapkan kemenangan besar untuk umat
islam. Madinah yang awalnya disebut Yastrib terkenal sebagai kota yang majemuk.
Mulai dari kepercayaan, budaya hingga suku yang berbeda-beda.

Sontak teringat dengan kisah itu, tiba-tiba saya berfikir sejenak ketika
pertama kali saya menginjakkan kaki di Bandara Supadio Pontianak. Waktu itu
saya sontak mengucapkan satu kalimat tanpa sadar "Al Mudassir". Terlalu lama
saya tidur sampai akhirnya saya resah sendiri, keresahan itu timbul karena adanya
gejolak hati dan godaan atas ketidakpercayaan diri untuk memberikan persembahan
terbaik dalam proses pengabdian ini. Selain itu, kekhawatiran diri ini muncul
ketika saya bertemu beberapa delegasi dari berbagai kampus se-Indonesia yang
memiliki berbagai keunggulan seperti, softskill, gaya komunikasi yang ciamik,
dan prestasi-prestasi unggul lainnya. Kalimat Al Mudassir membangunkan saya
dari tidur yang panjang menyadarkan saya bahwa saya harus bangun, berfikir,
beradaptasi, dan menciptakan ide-ide yang mampu memberikan manfaat bagi daerah
yang akan kami abdi.

Pembekalan dasar mulai dari markas TNI AD sebagai tempat tinggal kami
selama 7 hari untuk proses pembekalan di Universitas Tanjungpura sampai
forum-forum diskusi dan seminar kami tempuh disana. Saya berfikir ini terlalu
singkat untuk mengenal lebih banyak dan memecahkan masalah-masalah yang ada di Kalimantan
Barat. Pembekalan yang sangat expert yang dibuat dalam waktu singkat
membuat saya harus berfikir keras dan tetap fokus pada pemaparan materi dalam
diskusi maupun seminar-seminar yang sudah disiapkan oleh tuan rumah. Selain
itu, pendidikan disiplin ala militer yang kami terima, meskipun hanya sekian
persen dari pendidikan asli, membuat kami merasa kaget dan lelah secara mental
dan fisik. Namun, saya teringat 1 ayat terakhir dalam Al Mudassir "Dan karena
tuhanmu, bersabarlah (Al Mudassir :7)".

Saya pribadi tidak merasa kaget dengan pola pendidikan seperti ini
karena hal ini sudah saya rasakan di Pondok Pesantren. Pendidikan semi militer
ternyata sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan saya sendiri yang akan
memberikan dampak positif ketika kami melakukan pengabdian di desa-desa nanti.
Namun ada pembelajaran yang belum saya temukan sebelumnya ketika saya menempuh
pembekalan di markas TNI AD ini yaitu tentang totalitas pengabdian kepada
negara, jiwa patriotisme, dan kesetiakawanan yang sering mereka sebut sebagai
jiwa korsa. Akhirnya jiwa yang tidur telah bangun kembali. Dan siap menghadapi
tantangan selama masa pengabdiannya.

Kegiatan KKN

"Iman, Ilmu, Amal"

Pukul 17.00 WIB kami tiba di kelurahan Matang Segantar. Meskipun di luar
harapan saya kira ini tidak menjadi masalah besar. Yang tadinya saya ingin
mengabdi di tempat dengan minoritas islam seperti di pesisir Bengkayang yang
mayoritasnya adalah dayak kristen, namun pada kesempatan kali ini saya
ditempatkan di desa Matang Segantar dengan mayoritas islam dari Melayu. Sejak
pertama kali saya menginjak tanah Matang Segantar saya sudah berfikir dan
merenung. Dalam hati berkata "Temukan banyak masalah, riset, atur strategi,
buat program, lalu eksekusi".

Dalam praktiknya tidak begitu mudah untuk saya lalui. Keselarasan budaya dan kultur
sosial, tentunya menjadi pola pendekatan yang saya pakai untuk
mensosialisasikan program-program kami selama kami melakukan kegiatan di KKN di
desa Matang Segantar. Sentuhan emosional sebagai sesama muslim membuat kami
semakin mudah untuk bersosialisasi dan mendapatkan empati masyarakat. Sehingga
tidak sedikit kegiatan-kegiatan kami yang berbasis keagamaan. Namun berangkat
dari kepercayaan yang sama akhirnya membuat kami untuk memudahkan dalam
bersosialisasi. Terutama dalam memberikan pandangan-pandangan inovatif yang
bersifat kebaruan. Adapun beberapa program kerja unggulan yang saya gagas pada waktu itu adalah MP-ASI dan Susu Kacang hijau sebagai produk unggulan desa Matang Segantar.

Akan tetapi, dalam rangkaian kegiatan tersebut tidaklah mudah untuk
merealisasikan nya. Namun dengan semangat iman, ilmu, dan amal membuat saya
terus mendorong dan memotivasi diri untuk bisa memberikan yang terbaik bagi
desa Matang Segantar. Seketika saya teringat dengan sebuah kalimat yang sangat
visioner yang membantu saya dalam menjalankan amanat ini sebagai seorang
pengabdi untuk mencapai sebuah cita-cita tinggi dalam memberikan pelayan dan
pengabdian yang tuntas.

Kalimat itu berbunyi "Terciptanya insan akademis, pencipta, pengabdi
yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang di ridhoi Allah SWT". Dengan kalimat ini saya berusaha
menciptakan sebuah produk dalam bentuk program kerja yang memiliki output dan
tujuan yang sama dengan mantra diatas.

Refleksi

"Tuhan bersama prasangka hambanya"

Bukan tanpa sebab saya menuliskan judul yang mungkin orang-orang
menganggap ini hanyalah judul yang norak, rasis atau kalimat-kalimat negatif
lainnya. Namun percayalah teman-teman apa yang saya dapatkan di HMI hanyalah
sebuah obrolan dan diskusi biasa saja. Namun tuhan berkehendak lain, dia
berikan saya kesempatan untuk bangun dari tempat tidur untuk melihat sebagian
kecil Indonesia untuk membuktikan bahwa kalimat positif itu adalah ayat-ayat
kehidupan yang Allah berikan dalam bentuk perjalanan hidup.

Dibalik celotehan saya terhadap mantra-mantra yang saya ucapkan dan coba
aplikasi pada awalnya adalah sebuah keraguan namun saya terpaksa menjalankannya
dan saya coba aplikasikan dalam kesempatan KKN Kebangsaan ini. Al hasil saya
menemukan makna lain di balik KKN Kebangsaan ini. Yang ini akan menjadi pembuka
cakrawala baru bagi kehidupan saya. Pelajaran yang paling berkesan dalam KKN
Kebangsaan bagi saya adalah pelajaran hidup tentang kesadaran dan kesabaran.
Dalam setiap proses memiliki ujian dengan tingkat yang berbeda-beda. Ujian
adalah bagian dari amanah kita sebagai seorang hamba yang harus kita lewati.

Namun tahukah anda bahwa tuhan itu selalu mendengar dan memberikan
kesempatan untuk membuktikan kebesarannya atas kehendak hidup yang kita
inginkan. Ya, memang tidak semuanya tuhan kabulkan karena terkadang yang kita
ucapkan hanyalah kalimat-kalimat negatif dalam hidup kita. Namun hari ini saya
membuktikan satu mantra terakhir yang selalu saya pegang. Mantra itu berbunyi "Allah
berfirman sebagai berikut: Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.
Apabila dia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia
berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan." (H.R. Tabrani
dan Ibnu Hibban)."

oleh : Resha Hidayatullah, kader HMI Kafeis cabang Ciputat

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun