Udara malam begitu menusuk tulang, laksana jarum-jarum kecil yang mengalirkan ribuan mili serum salju ke dalam tubuh. Langit gelap dengan angin yang bertiup sekencang larinya kuda sembrani. Rasanya tak seorang pun makhluk yang berhasrat untuk memunculkan dirinya, bahkan seekor katak sekalipun. Hanya suara jangkrik yang terdengar seperti irama pelengkap kesenyapan. Namun, masih ada seseorang yang kelihatannya sangat menikmati malam ini. Bocah lelaki dengan wajah tirus dan mata bulat bening terus menatap ke langit dengan pandang penuh harap. Berkulit sawo matang, hidung mancung dan alis hitam bersusun rapi di a tas bulu mata yang terlalu lentik untuk ukuran seorang bocah laki-laki. Saat tersenyum tampaklah gigi yang tumbuh tidak beraturan. Dia duduk di atas sebuah kursi kayu usang sambil memilin-milin ujung kaos oblongnya yang lusuh.
KEMBALI KE ARTIKEL