Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Pentingkah Pelajaran TIK Masuk Kurikulum Sekolah?

13 Desember 2013   16:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:58 274 2
Sekolah merupakan tempat belajar bagi siswa, dari sekolah siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru. Teknologi Informasi dan Komunikasi  (TIK) sejak era 1990-an pun berkembang dengan cepat, seiring perkembangan perangkat keras (prosesor) dan Software (salah satunya Sistem Operasi Windows). Dengan perkembangan teknologi tersebut mendorong perubahan pembinaan dan pengembangan peserta didik disekolah untuk memasukan materi teknologi informasi dalam kurikulum wajib KTSP, dalam kurikulum tersebut materi teknologi informasi dijadikan menu wajib di sekolah SLTP dan tingkat SLTA.

Namun yang menjadi pertanyaan apakah harus dalam pembelajaran kita harus mewajibkan siswa diajari salah satu software dari salah satu pengembang saja ? dalam hal ini “Windows”, kenapa dengan dibukanya kran pendidikan wajib teknologi informasi tidak mencoba membangun perangkat software teknologi informasi berbasiskan kearifan lokal. Jika dari dasar guru yang mengajari salah satu software operating sistem dan aplikasinya berbasis Microsoft maka selamanya yang tertanam dalam pikiran peserta didik adalah adalah Microsoft adalah salah satu  yang terbaik dan “user friendly” dibandingkan dengan yang lainnya.

Masih teringat sebelum windows berkembang tahun 1990-an, operating sistem kita menggunakan basis DOS IBM sedangkan untuk mengetik word processing kita bisa menggunakan Wordstar atau WS mulai versi 3, 4, 5 6 dan 7, atau bisa menggunakan CW (chi-writer), Word Prefect dsb. Sedangkan untuk pengolahan angka (spread sheet) kita dulu bisa nggunakan pilihan Lotus 123, Qpro. Pembelajaran dahulu walau hanya ekstra di sekolah tingkat SLTA yang dipelajari tidak terpaku hanya satu aplikasi dari satu pengembang tapi dari berbagai macam dipelajari, bahkan dulu ditahun 1990-an lebih suka belajar databases programming yang menggunakan dBase III plus.

Namun sejak munculnya windows seri 9x yang berbasis GUI orang memang dimanjakan karena mode GUI itu lebih membumi dibandingkan command line seperti DOS. Mulai dikenalkannya Windows seri 9x yang mulai booming inilah orang Indonesia di dunia pendidikan hanya dikenalkan bahwa Windows lebih mudah dipelajari hingga sekarang. Banyak guru di sekolah yang tidak ingin mengenalkan ke software yang lain.

Jika hanya satu sistem saja yang dipelajari mulai dari SLTP hingga  SLTA adalah Windows tidak diperkenalkan program yang lain, apakah masih perlu di SLTA kita belajar teknologi informasi, materi pembelajaran yang diajarkan di tingkat SLTP dan SLTA pun cenderung sama yaitu dasar sistem operasi  tentang cara pengoperasian Windows, menggetik menggunakan word, membuat perhitungan angka menggunaka excel dan presentasi dengan powerpoint, bahkan di SLTP pun Access sudah dikenalkan untuk pembuatan databases sekolah. Dengan materi yang sama masikah materi teknologi informasi diwajibkan menggunakan pelajaran yang sama? Jika masih perlu, apakah guru mau mengajari peserta didiknya dengan software yang lain ?

Bahkan di sekolah menengah kejuruan SMK yang membuka prodi khusus Teknik Komputer dan Jaringan pun, dalam kurikulum KTSP dan Kompentensi Dasar pun sudah jelas menggunakan sistem operasi yang berbasis open source. Namun faktanya dilapangan walaupun guru tersebut dari sarjana ilmu komputer, tetap saja tidak mau mengajarkan software yang lain (open source) dengan alasan software open source itu bikin ribet dan memperlambat pekerjaan.

Jika dari tingkat pendidikan rendah sudah diajarkan windows selalu, padahal dalam dokumen pengadaan barang bagi kelenkapan Lab.TIK pun sudah jelas harus software legal dan berlisensi kenapa masih dipaksakan menggunakan menggunakan barang illegal. Apakah kita akan selamanya bangga dicap sebagai Negara pembajak ?
Lantas bagaimana jika TIK tidak diajarkan disekolah ? tentunya kita akan mengalami kemunduran, karena perkembangan dan pertumbuhan teknologi informasi masih sangat cepat dan kita akan tertinggal jauh dengan Negara lain.

Lantas kalau dimasukkan materi ekstrakurikuler masih relevankah materi TIK tersebut ? jika mengacu hanya mempelajari pengoperasian Microsoft Windows, Word, Excel, dan PowerPoint serta Access yang dari SLTP dipelajari dan diterukan di SLTA tentunya masih relevan. Tetapi jika dari SLTP dipelajari Microsoft lantas di jenjang SLTA dipelajari misalnya Ubuntu basis Linux yang open source tentu menjadi tidak relevan kalau dijadikan materi Ekstrakurikuler. Karena mempelajari open source Linux Ubuntu banyak yang perlu dipelajari mulai konfigurasi aplikasi, konfigurasi hardware dsb, Linux berbeda dengan Windows dimana windows pengguna hanya didorong sebagai pemakai saja sedang dilinux pemakai dituntut untuk ikut mengembangkan software tersebut.  Atau kalau di tingkat SLTA mulai dipelajari pemprograman databases, atau yang sekarang sedang marak adalah pemprograman micro controller yang mengarah pada robotik.

Bagaimana dengan kesiapan guru atau pengajarnya, sudah siapkan mengajarkan dengan menggunakan software open source atau pemprograman untuk robotic? Banyak guru TIK menjadi kehilangan dengan dihapusnya materi TIK di SLTP sedangkan di SLTA materi TIK akan dikembalikan lagi dengan nama yang baru, namun jika guru  TIK hanya berkutat pada materi office saja tidak ada pengembangan yang lain tentu guru tersebut yang nantinya akan rugi jika suatu saat materi TIK diadakan lagi, dan dirubah menjadi Pengolahan Dasar Teknologi Komunikasi dengan focus untuk robotic.

Jika materi TIK berbasis windows di kursus saja bisa dipelajari dalam waktu 3 bulan atau 1 bulan kenapa harus masuk kurikulum !

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun