Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerpen | Love & Money Part 1

22 Desember 2016   10:06 Diperbarui: 23 Desember 2016   10:28 106 1
By : Rennie Meyo

      Semua berawal dari malam itu. Malam di mana kami, aku dan David -pacarku, berjalan melewati sebuah gang sempit dan sepi sepulang dari kampus.

      Kami melihat sebuah ransel hitam dengan bentuk menggembung menandakan bahwa itu penuh terisi oleh sesuatu, tergeletak begitu saja di tepi jalan setapak yang kami lalui. Terlihat mencurigakan karena tak ada seorang pun disekitar situ.

      Tadinya aku meminta David untuk tidak mempedulikan ransel itu, tapi David berkeras ingin melihat isinya. Aku mengalah, dan hanya berdiri memperhatikan cowok itu saat ia  membuka tutup ransel.

      David tersentak kaget, begitupun aku. Kami sama- sama melotot dengan mulut ternganga saat mengetahui bahwa ransel itu penuh dengan gepokan uang pecahan seratus ribu yang tampak di jejalkan paksa agar bisa menampung sebanyak mungkin.

      Aku dan David berpelukan bahagia dan berusaha keras agar tak berteriak histeris karena takut ada yang mendengar. Saat itu yang ada di kepalaku hanya kami berdua akan menjadi sepasang kekasih yang kaya raya setelah membagi dua uangnya.

      ... membagi dua isi nya.

      Ya, itu yang ku pikirkan. Tapi mungkin David berpikir lain. Ku lihat kilatan cahaya di matanya. Aneh. Seperti memikirkan sesuatu tapi tidak berusaha untuk memberitahuku.

      Aku tidak yakin untuk mencurigainya tapi perasaan itu muncul begitu saja. Seiring dengan sikap anehnya saat menggendong ransel itu di punggungnya  dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Bahkan dia lupa menggandeng tanganku seperti biasanya.

      Aku mulai terengah- engah demi menjajari langkah kaki panjangnya.

 "David, tunggu. Pelan sedikit bisa kan ?" keluhku di antara nafasku yang tersengal.

      David menoleh, tapi sama sekali tidak memperlambat jalannya. Dia cuma memberi isyarat agar aku tetap mengimbangi langkahnya.

      Kami tidak sebahagia tadi, ataupun sebahagia sebelum kami menemukan ransel itu. David bersikap sangat serius. Dia hanya diam di sepanjang perjalanan kami.

      Sampai di asrama tempat kami, para mahasiswa dari luar daerah, tinggal. Letaknya tidak begitu jauh dari kampus, hanya beberapa blok, dan gang sempit dimana kami menemukan ransel itu adalah jalan pintas menuju ke sini.

      David membuka pintu gerbang dengan sedikit tergesa, dan membiarkan aku yang menutupnya. Beberapa teman menyapa kami tapi David tidak memperdulikannya. Asrama kami memang ramai. Ada sekitar 200 orang tinggal di situ. Setiap kamar di isi dengan 3 sampai 5 orang mahasiswa. Pembatas asrama putra dan putri hanyalah sebuah koridor utama, dan beberapa satpam yang setiap malam berkeliling mengawasi dari kamar ke kamar.

      Brak ! David membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci. Aku berdiri di pintu. Bingung antara masuk dan tidak. Sementara hari semakin malam dan satpam mulai mondar mandir di koridor, dan ada yang menatapku dengan tatapan menegur.

      Kamar David sepi. Beberapa teman sekamarnya mungkin belum pulang dari kampus atau sedang makan.

 "Dave ... " aku memanggil.

 "Ya ?" David tidak menoleh dan sibuk mencari tempat untuk menaruh ransel itu.

 "Gimana kita membaginya? maksud ku kita butuh suatu tempat di mana nggak ada yang ngeliat kita ... " ucapku ragu.

 "Kita nggak mungkin membagi ini sekarang. Biar aku yang simpan dulu." jawab David.

 "Lalu kamu akan simpan di mana? Gimana kalo temen -temen kamu nanya? Apa isi tas itu ?"

 "Bisa nggak kamu kecilin suara kamu? Kamu mau semua orang denger kata- kata kamu?" tukas David kesal.

     Aku terdiam. Ya, David memang jadi berbeda. Mungkin uang uang itu yang sudah merubahnya. Bahkan saat aku memberinya solusi untuk menyimpan uang itu di lemari ku, dia menolaknya dengan keras.

      Hingga akhirnya pak satpam menyuruhku kembali ke kamar untuk tidur.

     Percuma. Sampai jam 2 malam pun aku tidak bisa tidur. Aku terus berpikir tentang uang itu, dan David. Antara kebahagiaan dan kesedihan. Seperti menemukan kesenangan, tapi kehilangan artinya.  Hingga akhirnya aku memutuskan untuk bangun dan mengintip keluar ke kamar David dari pintu kamarku.

      Aku tercekat. Itu David. Sedang berdiri di luar pintu kamar nya. Bersikap aneh seolah olah sedang mengawasi seseorang di kejauhan. Atau ... sedang mengawasi pak satpam ?

      Mau apa dia ?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun