Dia selalu menatapku dari tempat duduknya. Setiap hari. Di saat pagi. Di barisan depan, tidak pernah luput. Tatapannya menghujam dada. Bahkan ketika pertama mataku bersirobok dengannya, daksaku serasa tak mampu berpijak ke bumi. Entahlah... Aku ingin berlari saja pergi atau bertahan dengan menundukkan kepala, tanpa harus lurus berhadapan dengannya begini. Apakah hanya karena perempuan berambut panjang, berkulit bersih serta berlesung pipi yang menambah degup panjang di hati, aku harus meniadakan yang telah sekian lama kulakukan tiap hari?
KEMBALI KE ARTIKEL