Apa yang harus kukatakan, sedangkan mulutku kelu. Apakah masih ada yang tersisa untuk bisa diucapkan. Kelu rasanya. Perpisahan yang menjadi keharusan dan wajah sendu mencurahkan airmata tak diinginkan. Kenyataanya memang mengerikan. Tidak ingin aku seperti ini, mendarat di pelabuhan kecil tanpa kehidupan secuil pun. Hanya pepohonan yang membuatku sinis. Hampir tiga bulan, aku mengarungi lautan lepas seorang diri, menyisiri selat demi selat bahkan samudra. Ini kulakukan hanya untukmu kapal X. Kemana engkau pergi? Dan, kenapa tidak ada kabar dari dirimu, aku rindu, aku ingin bercerita banyak padamu. Kau tahu, di usiaku yang hampir setengah abad, hanya kau yang dapat aku jadikan sahabat di pelabuhan.