Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Peneliti Kelautan di Indonesia: Paradoks sebagai Negara Maritim

19 Januari 2024   00:26 Diperbarui: 19 Januari 2024   00:28 213 2

Indonesia mempunyai potensi kemaritiman yang unik dan besar yang terus berkembang baik dalam industri maritim maupun perikanannya. Sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan ini juga meliputi bidang perikanan dan kelautan.Potensi yang dimiliki Indonesia di sektor perikanan memang cukup menjanjikan. 

Luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km dan garis pantai sepanjang 81 ribu km serta gugusan pulau sebanyak 17.508, menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara pengekspor produk perikanan yang diminati oleh banyak Negara (http//www.demografiindonesia.html).

 Sumber daya alam yang terus menerus bertumbuh dan dibekali dengan posisi yang menguntungkan karena berada di jalur khatulistiwa .Pun dengan keadaan pertumbuhan ikan yang melimpah karena lautan Indonesia berada pada pertemuan arus dingin dan panas. 

Potensi ini terkadang terlupakan oleh para peneliti dan pengusaha yang berkecimpung di dunia perikanan untuk mengembangkan lebih lanjut tentang pengembangan kelimuan di perikanan Indonesia baik dari potensi laut dangkal hingga laut dalam. Maka dari itu, tulisan ini akan mengulas beberapa kecenderungan tentang potensi Indonesia dalam dunia maritim dari sudut pandang lembaga dan peneliti kelautannya .

Kecenderungan laut Indonesia yang luas, dan para peneliti dan pakar kelautan tersebar hampir merata di seluruh Indonesia tidak diimbangi oleh riset dan implikasi dalam penelitian yang bernas. 

Akibatnya, banyak riset tumpang tindih yang ujung-ujungnya hanya untuk menghasilkan laporan atau publikasi ilmiah, tanpa temuan baru yang bermanfaat atau melahirkan inovasi  (https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/29/173400523/riset-kelautan-di-indonesia-maju-tapi-tertinggal?page=all) . Hasil riset ini terkadang tidak diimbangi dengan kualitas yang memenuhi dampak dari artikel tersebut yang dimuat dalam SINTA atau jurnal terindeks Scopus.

Berdasarkan data SCImago, Indonesia berada di urutan ke-empat di ASEAN berdasarkan jumlah publikasi jurnal ilmiah dengan jumlah total 75.220 jurnal (1996-2017). Dikutip dari artikel https://litbang.kemendagri.go.id/website/kondisi-dunia-penelitian-di-indonesia-, cara lain untuk melihat posisi dan kontribusi riset adalah jumlah paten yang dihasilkan. 

Hingga 2015, total paten Indonesia yang terdaftar pada Kantor Paten Amerika berjumlah 333. Jumlah publikasi dan paten tersebut masih kalah dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Namun, bila dilihat dari tahun ke tahun, jumlah publikasi jurnal ilmiah di Indonesia terus mengalami peningkatan https://oceanpulse.id/peneliti-kelautan-di-indonesia/ 

Pun Indonesia belum mempunyai roadmap pengembangan kelautan dan perikanan, serta belum mempunyai database kelautan yang lengkap dan komprehensif . Kendala dari hal tersebut adalah anggaran penelitian yang kecil, sumber daya peneliti yang masih rendah dan peralatan yang kurang memadai . 

Peneliti kelautan juga masih terkonsentrasi di Jawa dan Bali (https://oceanpulse.id/peneliti-kelautan-di-indonesia). Berbagai macam saran untuk penelitian kelautan di Indonesia terus diupayakan. Salah satunya dengan memperbanyak akses dalam meneliti bagian perikanan seperti kerja sama antar Lembaga dalam meneliti biota ikan di pesisir laut. 

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah terutama dalam pengembangan penelitian kelautan baik dari instansinya maupun peneliti yang menjadi “ujung tombak” untuk mengembangkan konsep maupun kreasi dalam perikanan di Indonesia. 

Misalnya, memperbanyak kerja sama internasional. Kerja sama mencakup wilayah yang memiliki kedaulatan dalam laut sangat penting untuk dilaksanakan karena potensi laut dan belum banyaknya pertukaran informasi dalam perikanan yang masih belum merata dalam setiap negara. 

Kerja sama internasional pada umumnya berlangsung pada situasi-situasi yang bersifat desentralisasi yang kekurangan institusi-institusi dan norma-norma yang efektif bagi unit-unit yang berbeda secara kultur dan terpisah secara geografis, sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah yang menyangkut kurang memadainya informasi tentang motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari berbagai pihak sangatlah penting (Lerian, 2017) .

Membuka jurusan pengembangan kelautan atau kemaritiman di setiap kampus pun menambah minat dan jumlah penelitian di Indonesia. Beberapa kampus seperti Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponogoro, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjadjaran, Universitas Sriwijaya, Universitas Jenderal Soedirman,https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/ilmu-kelautan-di-7-kampus-ini-telah-terakreditasi-a lalu ada kampus swasta seperti Universitas Darma Persada (Unsada), dan sekolah kedinasan Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan (STIP). 

Beberapa kampus di atas telah memenuhi standar baik nasional maupun internasional dengan indikator jumlah artikel yang berdampak dan kuantitas penelitian.

Topik penelitian dalam kemaritiman menjadi hal yang cukup langka, pasalnya diskusi tersebut masih bersifat terbatas dan terkesan eksklusif. Maka dari itu perlunya pembahasan yang lebih popular dari penelitian kemaritiman seperti tren penelitian gabungan antara pariwisata dan kemaritiman, memperbanyak diskusi-diskusi bertema kelautan dalam banyak komunitas dan kampus-kampus di Indonesia, serta menerbitkan temuan dalam tulisan populer. 

Diskusi pada dasarnya memang memacu tema-tema dan metodologi baru dalam menentukan penelitian kelautan yang bersumber dari para ahli dan stakeholder (pengampu) baik dari pihak negara maupun swasta. Para ahli yang telah berpengalaman melakukan penelitian baik skala nasional maupun internasional bisa diberikan kesempatan untuk meneliti lebih lanjut di perairan Indonesia. 

Tentu, dengan berbagai pertimbangan dan kesesuaian finansial yang mendukung. Solusi ini tentu tidak bisa dilakukan tanpa adanya peran pemerintah yang konsisten dalam mendukung industri kemaritiman.

Dari berbagai macam saran di atas, penulis ingin berbagi beberapa hasil penelitian yang bersifat digital dan praktis-ekonomis yakni dengan memanfaatkan data digital berupa aplikasi fish go. 

Aplikasi yang diciptakan oleh mahasiswa bernama I Gede Merta Yoga Pratama yang bekerja sama dengan Dinas Perikanan daerah Tabanan, Bali merupakan salah satu pengembangan dari penelitian yang diawali dari kegiatan kampus. Dari Yoga kemudian berkesembatan untuk mempresentasikan penelitiannya di Spanyol.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun