Mengaku sangat mencintai negara indonesia, dan bangga dengan kemajuan timnas, publik akan merasa motivasi sang pengacara cenderung tidak jelas. Dengan berapi-api seolah merasa tersakiti, berulang-ulang beliau bersikeras, bahwa penggunaan lambang garuda pada kaos timnas tidak pantas.
Berbekal buku kecil tentang undang-undang yang terkait, sang pengacara tampak memaksakan diri berada pada posisi yang sulit. Tidak kurang dari seorang menpora bapak Andi Mallarangeng turut serta berbicara dalam wawancara yang ditayangkan malam tadi oleh sebuah televisi swasta.
Berbagai komentar diberikan, mulai dari para masyarakat lewat saluran telpon yang memberikan tanggapan hingga ahli hukum dan sejarahwan turut dihadirkan.
Sekilas, tampak jelas. Masyarakat justru tersakiti dengan tindakan sang pengacara yang seolah mencari kesempatan mempopulerkan diri. Andaikan niat baik yang sama, dicurahkan dalam bentuk kerja keras untuk memperbaiki hukum indonesia, niscaya hasilnya akan lebih nyata. Nasonalisme dan penegakan hukum bisa dilakukan dengan berbagai cara, beberapa melakukannya dengan tulus tanpa embel-embel nama.
Wawancara diakhiri dengan sebuah pertanyaan sederhana dari sang pembawa acara terhadap sang pengacara yang intinya " apakah anda sungguh-sungguh mencintai indonesia?"
- dan bila indonesia gagal menundukkan filipina dalam pertandingan selanjutnya, mari berdoa hal tersebut tidak terkait dengan tindakan arogan sang pengacara. Dan sungguh, garuda tidak perlu dibela membabi buta, sematkan di dada, dan selalu berusaha mengharumkan namanya. Itu saja-
-rendy aditya, dalam perjalanan menuju bandara soekarno hatta-