Sudah cukup lama saya bolak balik melihat baliho besar tersebut, terpampang di perempatan Jalan Pasteur, Surya Sumantri dan Gunung Batu arah menuju ke Tol Pastur Bandung. Baliho itu tampaknya menarik perhatian siapa saja penggemar musik jazz.
Memang dalam beberapa tahun belakang, kawasan perumahan elite Bandung itu, yaitu Kota Baru Parahyangan, kini bukan saja sekedar pemukiman elite urang Bandung. Namun juga telah menjadi pusat aktivitas kreatif berbagai Festival Budaya dan Musik ikon Bandung. Dan karena berbagai kesibukan, hampir saja saya pun melupakan even penting ini, ketika tiba-tiba di hari Minggu siang tanggal 15 September 2013 itu, anak putri saya mengingatkan kembali.
“Jadi nggak nih kita ke Locafore..? Ini hari terakhir lho, pa…”
“Oh ya-ya..Ya…jadi dong..!”, sahut saya sambil acuh menyelesaikan finalisasi pekerjaan yang sedang dikerjakan di komputer di rumah. “Tapi kok namanya Locafore? Bukankah ini Festival Music Jazz?” tanya saya ke si bungsu yang memang penggemar berat musik jazz tersebut.
“Yaaa.. Papa ini kurang gaul deh…! Locafore itu artinya: bahwa dalam festival ini akan dipertunjukkan hal-hal baru. Kalau dalam istilah seni, mirip dengan pengertian ‘Avant-Garde’, gitu lho..!” kata Dhinda Ayu Amalia, si bungsu yang selalu menemani berpetualang diseputar Bandung. Ya, semacam kesadaran yang diharapkan dari para musisi, seniman dan pengelola seni-seni pop kreatif agar terus menerus mencari inovasi dalam karyanya dan menyajikannya dalam suatu karya inovatif baru…”Ah masak sih..? Begitu hebatkah Festival LocaForfe Jazz yang gratis ini?”, tanya saya. Lalu saya mencari brosur (rundown) Festival Music Jazz yang mengundang sekitar 45 musisi Jazz kondang dari Bandung dan Jakarta tersebut di Internet. Saya jadi penasaran...!