Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Cerita Menarik Seputar Audit Teknologi Informasi (bag-2)

22 Maret 2013   14:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:23 1166 0
Lalu  apa yang kemudian terjadi? Setelah dua minggu berlalu, ternyata  tidak satupun dari empat orang Auditor ini yang paham dengan konsep COBIT. Sulitnya memahami IT Framework yang begitu luas cakupannya berikut ratusan diagram visualisasi konsep yang rumit, teori dan bahasa penjelasan dengan menggunakan istilah manajemen best practice tingkat tinggi seperti "Key Goal Indicator", "Critical Success Factors", "IT Performance", "IT Balance Scorecard", "IT Values",  dan seterusnya,  tentu saja menyulitkan bagi orang-orang TI yang biasanya sangat  teknikal. Keluasan pencakupan semua aspek TI  dalam COBIT ini menjadi permasalahan tersendiri. Apakah semua orang TI itu mampu menguasai semua aspek TI yang demikian luas ? Seorang rekan Auditor  yang kebetulan lulusan dari jurusan Teknik Industri ITB, sampai hampir putus asa dan berniat meninggalkan projek iniRekan auditor yang lain, yang lulusan jurusan Arsitektur ITB , juga terlihat tidak nyaman  setelah dua minggu lebih masih belum juga bisa menghasilkan kertas kerja audit (catatan: KKA ini merupakan output dari  Tahap Pemahaman Masalah/Entitas yang biasanya digunakan dalam Metodologi Audit suatu  Sistem Informasi/Teknologi Informasi). Akhirnya, tahap pembuatan Kertas Kerja Audit (KKA) ini diperpanjang sampai empat minggu dan kemudian anggota tim Auditor ditambah seorang  lagi dengan yang lebih berpengalaman dari  Jakarta. Dan uniknya, Ibu bijak yang ternyata merupakan Project Manager pekerjaan Audit IT Governance di Bank Jabar ini (atasan kami), setiap  hari Jumat datang ke Bandung melihat dan memeriksa pekerjaan kami sambil marah-marah dan mengomel. Dia selalu menganggap para Auditor superman ini berkerja sangat lamban. Saya sempat panas juga mendengar omelan sang Ibu yang mantan direktur operasional suatu bank nasional di Indonesia itu. Sempat terpikir juga untuk keluar dari tim ini, karena begitu sering merasa dilecehkan dengan perkataan  "Auditor bodoh" dan sebagainya. Tapi setelah saya pikir-pikir kembali dengan tenang, bahwa begitu banyak pengalaman dan pengetahuan yang bisa saya petik dari mengerjakan pekerjaan unik ini. Maka akhirnya saya putuskan tetap bergabung sampai akhir, dan belajar memahami serta menerima saja kenyataan mengapa sang Ibu tersebut menjadi sering naik darah setiap kali menemui kami. Dan  belajar juga menjadi kebal dengan omelannya! Setiap kali dia mengomel, saya mencoba mengingat kembali  ketika Ibu saya suka mengomeli sewaktu saya kecil dulu... hehe2... Hampir tiap jumat malam, semua anggota tim tidak diperbolehkan pulang karena harus mengikuti briefing darinya untuk mengevaluasi pekerjaan selama seminggu hingga larut malam. Ternyata sebagian besar isi rapat itu  adalah memarah-marahi pekerjaan kami. Tentu saja kami semua harus sudah maklum akan hal itu dan juga harus mampu menahan emosi.  Sebagian dari lima orang Auditor ini terlihat senyum -senyum saja mendengarkan ocehan dan nasehatnya yang terkadang melantur karena pemahamannya tentang Teknologi Informasi yang terbatas. Dan uniknya, setiap kali acara briefing dan  marah-memarahi itu usai, kami semua diajak makan malam ke restoran mana saja yang kami inginkan di seantero kota Bandung. Begitulah jadinya, setiap akhir pekan kami sudah harus menyiapkan mental dengan baik untuk dimarah-marahi dan lalu kami mengimbanginya dengan berdiskusi terlebih dahulu  menentukan daftar makanan dan lokasi restoran di Bandung yang belum kami kunjungi sambil saling bercanda. Dengan demikian,  Jumat adalah hari "latihan  mental" sekaligus mengisi perut sekenyang-kenyangnya dengan berbagai makanan enak. Tanpa terasa, hampir 20 restoran besar di seantero Bandung yang kami jajaki. Terkadang saya menjadi geli juga, apakah ini tim Auditor atau tim penggemar  wisata kuliner sih..? hehe2..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun