Ketika pertama kali Rendra mendengar tentang adanya rencana pengubahan KTSP di tahun ajaran 2013-2014, sebagai seorang mantan kepala sekolah, Rendra langsung mengerutkan kening. Sama sekali itu bukan karena Rendra ikut-ikutan tidak setuju dengan pengurangan mata pelajaran, terutama di level sekolah dasar di mana IPA dan IPS “dihilangkan”, begitu gosipnya. Padahal keduanya hanya dilebur ke dalam IPU (Ilmu Pengetahuan Umum). Juga bukan karena kurikulum yang baru lebih menekankan pada karakter di mana adanya Pancasila dan PPKN menjadi indikasi. Rendra sangat setuju bahwa kurikulum yang baru ini seharusnya memang menempatkan karakter sebagai inti dari target belajar anak-anak kita. Sudah terlalu lama sekolah-sekolah kita mengabaikan pembinaan karakter secara tersistemisasi dan terorganisir dalam kegiatan belajar. Semua daya upaya dikerahkan untuk mencapai target akademik, bahkan ketika masih sangat jauh dari Ujian Nasional.Sehingga ketika kerusakan moral dan mental itu meledak dengan tumpahnya korban tragis karena tawuran pelajar dalam beberapa minggu kemarin, tiba-tiba saja urgensi eksistensi elemen karakter dalam kurikulum mendadak mendapatkan momentumnya.
Nah, yang membuat Rendra mengerutkan kening adalah betapapun baiknya niat yang mendasari perubahan kurikulum ini, namun Rendra melihat potensi-potensi di mana nasib kurikulum akan menjadi hampir sama dengan kurikulum yang sebelumnya. Tidak usah jauh-jauh, KTSP yang semangatnya sangat baik karena ingin mendesentralisasi kurikulum agar lebih ramah terhadap konteks masing-masing daerah dimana satuan pendidikan itu berada, akhirnya juga terjerembab karena multi interpretasi yang ironisnya justru sudah terjadi sejak di tingkat pusat, yaitu dengan pemusatan penentuan kelulusan melalui mekanisme yang namanya Ujian Nasional. Walaupun toh akhirnya formula penentuan kelulusan diubah lebih ramah siswa dengan mengurangi bobot Ujian Nasional dan menaikkan arti penting Ujian Sekolah, tapi Rendra rasa esensi KTSP sebagai kurikulum yang sebenarnya ideal menjadi terkesan mandul di lapangan.