Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, akses ke internet dan media sosial semakin mudah, termasuk bagi anak-anak. Namun, seiring dengan kemudahan ini, ada bahaya besar yang mengintai, terutama bagi anak-anak usia dini yang belum memiliki kemampuan berpikir kritis seperti orang dewasa. Melihat urgensi masalah ini, kami, mahasiswa Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, melalui kegiatan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) tahun 2024, berupaya memberikan pemahaman kepada para orang tua tentang bahaya media sosial bagi anak usia dini.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Kecamatan Simokerto pada 23 Agustus 2024, kami menyoroti beberapa aspek penting terkait dampak media sosial terhadap anak-anak. Meskipun teknologi memberikan berbagai kemudahan dan akses informasi yang melimpah, penggunaannya yang tidak tepat dapat memberikan efek negatif yang serius bagi perkembangan mental dan emosional anak-anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mengambil peran aktif dalam mengawasi dan membatasi penggunaan media sosial oleh anak-anak mereka.
1. Dampak Media Sosial pada Perkembangan Emosi Anak
Salah satu bahaya terbesar dari media sosial bagi anak-anak usia dini adalah dampaknya terhadap perkembangan emosi. Media sosial, dengan konten yang tidak terfilter, sering kali menghadirkan informasi dan gambar yang tidak sesuai dengan usia anak. Paparan konten kekerasan, berita negatif, atau informasi yang menakutkan dapat menyebabkan kecemasan, ketakutan, atau bahkan gangguan tidur pada anak-anak. Lebih jauh lagi, media sosial sering kali menjadi tempat di mana anak-anak bisa merasa tidak cukup baik karena perbandingan sosial. Mereka dapat dengan mudah melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna dan mulai merasa tidak aman atau rendah diri. Hal ini bisa berujung pada rendahnya harga diri dan masalah kepercayaan diri pada anak-anak. Sebagai orang tua, penting untuk membangun kepercayaan diri anak dengan mendiskusikan realita di balik media sosial, yaitu bahwa banyak hal yang ditampilkan di sana tidak mencerminkan kehidupan sebenarnya.
2. Pengaruh Media Sosial pada Keterampilan Sosial
Ironisnya, meski dinamakan "media sosial," platform-platform ini dapat menyebabkan isolasi sosial pada anak-anak. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan media sosial cenderung mengurangi interaksi langsung dengan teman sebaya dan keluarganya. Hal ini dapat berdampak pada keterampilan sosial mereka. Anak-anak yang terbiasa berkomunikasi melalui layar mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi secara langsung, seperti memahami isyarat non-verbal atau menjalin percakapan yang bermakna. Penurunan kemampuan bersosialisasi ini bisa berdampak panjang, terutama di kemudian hari ketika mereka harus menghadapi tantangan dunia nyata yang membutuhkan kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk membatasi waktu penggunaan media sosial dan mendorong anak-anak untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-teman mereka secara langsung.
3. Ketergantungan pada Gadget
Bahaya lain yang perlu diwaspadai adalah potensi kecanduan media sosial. Banyak anak yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk menjelajahi berbagai platform, yang akhirnya mengganggu kegiatan sehari-hari seperti belajar, berolahraga, atau bahkan tidur. Kecanduan gadget pada anak-anak juga bisa berdampak negatif pada perkembangan fisik mereka, termasuk masalah obesitas karena kurangnya aktivitas fisik. Orang tua perlu memahami bahwa anak-anak usia dini memerlukan waktu bermain yang lebih banyak di dunia nyata, bukan hanya di dunia maya. Interaksi langsung dengan lingkungan sekitar sangat penting bagi perkembangan kognitif, sosial, dan motorik mereka. Menetapkan aturan yang jelas tentang penggunaan gadget dan media sosial adalah langkah penting untuk mencegah kecanduan teknologi sejak dini.
4. Menyaring Informasi yang Diterima Anak
Anak-anak, terutama pada usia dini, belum memiliki kemampuan untuk menyaring informasi dengan baik. Mereka mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak akurat atau bahkan hoaks yang beredar di media sosial. Misalnya, anak-anak mungkin tidak bisa membedakan antara konten hiburan dan berita yang benar. Hal ini dapat mengakibatkan mereka menyerap informasi yang salah atau bahkan mempercayai mitos-mitos yang tidak berdasar. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting. Orang tua perlu mendampingi anak-anak saat mereka mengakses media sosial, memberikan penjelasan tentang apa yang mereka lihat, serta mengajarkan anak untuk bersikap kritis terhadap informasi yang diterima.
5. Peran Orang Tua dalam Pengawasan Penggunaan Media Sosial
Dari berbagai masalah yang telah disebutkan, jelas bahwa peran orang tua sangatlah krusial dalam menjaga anak-anak dari dampak negatif media sosial. Orang tua tidak bisa hanya sekadar membiarkan anak-anak menjelajah dunia maya tanpa pengawasan. Diperlukan aturan yang ketat terkait waktu penggunaan gadget, jenis konten yang boleh diakses, serta pendampingan ketika anak-anak sedang berselancar di internet. Selain itu, orang tua juga harus menjadi contoh yang baik dalam menggunakan media sosial. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Jika orang tua menunjukkan pola penggunaan media sosial yang sehat, anak-anak pun akan belajar hal yang sama.