Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Indonesia Darurat/Minim Literasi

8 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   18:59 30 0
Pendidikan adalah salah satu indikator tingkat kemajuan suatu negara.Namun,kualitas pendidikan di Indonesia masih terbilang sangat rendah.Salah satu rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya minat literasi siswa.Siswa dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki minat literasi yang rendah.Istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar. Selanjutnya, National Institute for Literacy menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Education Development Center (EDC) juga turut menjabarkan pengertian dari literasi, yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja. UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan koognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman. Kemudian, di dalam kamus online Merriam---Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara di mana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual. Di era smartphone saat ini,banyak siswa  lebih sering memegang smartphone  daripada buku.Banyak siswa yang lebih mementingkan handphone  daripada membuka buku,walaupun hanya sekedar untuk membancanya saja,Setiap hari hanya sekali saja memegang dan membaca buku,dan mirisnya bahkan tidak memegang dan membacanya sama sekali.Para siswa seperti merasa tampak keren jika memegang smartphone danmereka merasa  tidak keren jika memegang buku.Ini menjadi masalah dalam dunia pendidikan yang sangat sulit diatasi.Banyaknya masalah pendidikan  ditimbulkan dari kurangnya literasi siswa.Kurangnya wawasan atau pengetahuan siswa adalah salah satu akibat dari kurangnya literasi di indonesia.Untuk aspek nasional kualitas pendidikan di Indonesia menjadi rendah yang menyebabkan negara Indonesia belum menjadi negara maju atau masih menjadi negara berkembang.Fakta pertama, UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, Cuma 1 orang yang rajin membaca!
Riset berbeda bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.Fakta kedua, 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia. Juara deh. Jakarta lah kota paling cerewet di dunia maya karena sepanjang hari, aktivitas kicauan dari akun Twitter yang berdomisili di ibu kota Indonesia ini paling padat melebihi Tokyo dan New York. Laporan ini berdasarkan hasil riset Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.Jadi,indonesia memang benar benar darurat literasi!!!Untuk mmeningkatkan literasi bagi siswa di indonesia,dapat dilakukan dengan memperkenalkan kebiasaan membaca sejak dini.Kebiasaan membaca yang dibangun sejak dini akan membantu siswa menjadi lebih terbiasa membaca dan memperluas wawasan mereka. Orang tua dan pendidik dapat memberikan buku-buku yang sesuai dengan usia dan minat siswa untuk membantu mereka membangun kebiasaan membaca.Membuat lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang kondusif dapat membantu siswa fokus dan nyaman dalam proses pembelajaran. Orang tua dan pendidik dapat membuat ruang kelas yang menarik, dengan menyediakan peralatan belajar yang memadai, seperti buku-buku, papan tulis, dan komputer.
Menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Teknologi dapat membantu siswa mengembangkan literasi mereka. Orang tua dan pendidik dapat menggunakan perangkat lunak dan aplikasi yang menarik untuk membantu siswa belajar membaca dan menulis agar terasa lebih mudah dan menyenangkan. Namun sebagaimana pedang bermata dua, penggunaan teknologi seperti internet dan perangkat lunak juga memiliki efek negatif, selain dari memberikan efek positif. Karena itu pengawasan yang baik harus tetap dilakukan agar siswa hanya mendapat efek positif dari penggunaan teknologi ini.Mendorong diskusi dan refleksi. Diskusi dan refleksi dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mereka baca. Orang tua dan pendidik dapat mengajak siswa berdiskusi tentang buku atau artikel yang mereka baca, serta membantu mereka merumuskan pertanyaan dan opini mereka sendiri.Memberikan umpan balik dan dukungan dari pendidik sangat penting untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan literasi mereka. Orang tua dan pendidik dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan memberikan dukungan pada siswa dalam proses belajar.Meningkatkan literasi siswa adalah tugas yang tidak mudah, tetapi dengan mengikuti beberapa tips di atas, orang tua dan pendidik dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berbicara yang lebih baik. Hal ini akan membantu siswa untuk mencapai potensi akademik mereka dan sukses di masa depan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun