Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Belajar dari Kisah A Eril: Di Manakah Panggung Utama Kita Terletak?

15 Juni 2022   18:09 Diperbarui: 15 Juni 2022   18:59 149 0
Pernah enggak sih kamu berpikir bahwa dunia yang kita lihat saat ini, terutama di sosial media, adalah dunia yang gemerlapan seperti panggung sebuah pentas seni atau pertunjukan? Belakangan, saya sedang sering memikirkan hal itu. Bukan hanya memikirkan, tapi juga resah. Hehe. Gimana memangnya?

Coba deh perhatikan, saat ini sepertinya kita mudah sekali ya untuk berdiri di "panggung" dan menjadi pusat perhatian. Dengan mengunggah sesuatu yang sedang ramai dilakukan atau dibicarakan orang lain, maka kita bisa mendapatkan perhatian dari banyak orang, bahkan dari yang tidak kita kenal. Tidak hanya itu, menjadi "seseorang" pun nampak lebih mudah di hari ini, hingga label sebagai founder, CEO, bahkan influencer sekali pun menjadi bisa dijangkau oleh siapapun. Tak peduli bagaimana kualitas diri yang sebenarnya, label tersebut mudah sekali untuk disematkan, setidaknya di bio Instagram atau di poster-poster kegiatan. Oleh karenanya, menjadi sosok yang tampil, dikenal, dan juga mem-branding diri dengan label tertentu semakin lama semakin terasa biasa saja. "Panggungnya" sudah terlalu gemerlap, hingga lama-lama kita pun menjadi silau, astaghfirullah!

Tidak bisa kita pungkiri, banyak orang mengejar untuk bisa berdiri di "panggung" itu. Alhasil, entah dari mana datangnya, semacam ada keyakinan di dalam diri bahwa "Saya harus tampil, saya harus bisa mendapatkan perhatian, saya harus terkenal" dan seterusnya. Tanpa sadar, banyak orang kemudian berlomba-lomba untuk menjadi yang paling sering tampil, paling banyak mendapatkan perhatian, dan juga paling terkenal.

Hmm, apa hanya saya yang resah mengenai hal ini? Tapi, entah mengapa, melihat hal ini (pun juga karena saya menjadi pengguna aktif sosial media), saya jadi ingin bertanya kepada diri sendiri, "Dimanakah panggung utamamu sebenarnya berada?"

Sebagai Manusia, kita tentu meyakini bahwa kita adalah seorang hamba. Maka, dalam setiap peran apapun yang saat ini kita emban, ujung mulanya selalu berada pada peran kita sebagai seorang hamba. Saat kita masih menjadi anak, kita adalah hamba. Saat sudah menjadi istri, kita adalah hamba. Saat sudah menjadi ibu, kita juga hamba. Lalu apa kaitannya dengan panggung dan sosial media tadi? Well, siapapun dan dengan cara apapun kita melabel diri, pada hakikatnya kita adalah hamba, yang harus tunduk patuh pada segala amanah dan peran apapun yang Allah sematkan atas diri kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun