"Hayo jendral penculik. Ndang balekno bapakku yen ran gelem diamuk Paklik-ku!"
(Ayo jenderal penculik, cepat kembalikan ayahku kalau tidak mau dimarahi pamanku”) kata Fitri, anak Wiji Thukul menimpali postingan pamannya, Wahyu Susilo di laman facebook terkait puisi yang dibuat oleh penculik Wiji Thukul dan sejumlah aktivis lainnya, Prabowo Subianto.
Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul, penyair yang hilang dalam tragedi Mei 1998 sampai saat ini jengah melihat kelakuan Prabowo Subianto yang membuat puisi untuk menyindir lawan politiknya, Jokowi, Megawati dan PDIP. Secara tegas, Wahyu mengatakan Prabowo tidak pantas berpuisi sementara dirinya menculik sang pembuat puisi.
"Tak pantas kau berpuisi, ketika pembuat puisi itu kau CULIK ! Camkan itu wahai penculik !!!" kata Wahyu lewat akun facebooknya, Selasa (1/4).
Usai pendeklarasian Jokowi sebagai Capres PDIP 2014, Prabowo seperti kebakaran jenggot. Prabowo tidak henti – hentinya menyerang Megawati, Jokowi dan PDIP. Mengungkit – ngungkit masalah Megawati yang pernah menjabat Presiden RI, mengungkit – ngungkit jasanya dalam mendanai Jokowi dalam Pilkada DKI 2014 dan mengatakan Jokowi tidak pandai berbalas budi, serta mengungkit – ngungkit perjanjian Batu Tulis yang dibuat pada 2009. Prabowo seolah menjadi orang yang paling benar, padahal dirinyalah penjahat dan pengkhianat bangsa ini sesungguhnya.
Serangan itu tidak hanya dilontarkan langsung dalam kampanyenya, Prabowo menggunakan puisi sebagai senjata. Berikut sejumlah puisi yang dibuat oleh Prabowo sendiri ataupun Gerindra untuk menjatuhkan Jokowi dan PDIP.